PRAKTIKUM VII
INTERAKSI FAKTOR LINGKUNGAN
(PENGUKURAN KANDUNGAN OKSIGEN DALAM AIR)

Aattttttttttt

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ekosistem akuatik, air merupakan komponen ekosistem yang terpenting. Pengetahuan kuantitas dan kualitas air merupakan salah satu dasar dalam mempelajari suatu ekosistem akuatik (Jamili dan Muksin, 2003:28).
Model-model kualitas air banyak sekali, namun dapat dibedakan menurut jumlah dan jenis parameter kualitas air yang ditinjau, teknik penyelesaian matematisnya, dan jumlah dimensi permodelannya. Beberapa model hanya ditujukan bagi salah satu fase daur hidrologi saja (misalnya limpasan permukaan, air kiriman, atau air tanah), dan model lainnya mensimulasikan kombinasi fase-fase tersebut. Kemampuan masing-masing model tersebut untuk mensimulasi proses-proses hidrologi, hidrolik, dan kualitas air disusun sedemikian rupa agar dapat digunakan untuk beberapa model (misalnya moda kejadian, keadaan tunak, atau menerus). Pemilihan model komputer yang sesuai untuk aplikasi tergantung pada permasalahan yang harus diselesaikan, ketelitian jawaban, dan rumit tidaknya sistem yang akan dimodelkan (Linsley dkk, 1986:404-405).
Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-bahan terlarut, seperti CO2, O2, dan N2, serta bahan-bahan tersuspensi, misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan dan atmosfer.
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan ke tempat asalnya, yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi daripada air asalnya.
Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut :
 Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.
 Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
 Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air lainnya.
 Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi. Di samping itu, suhu yang tinggi juga akan menurunkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati karena kekurangan oksigen. Suhu air kali atau air limbah yang relatif tinggi ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen (Kristanto, 2002:72,76).
Pengetahuan mengenai pengukuran kandungan oksigen dalam air sangat penting untuk diketahui. Sehingga kita dapat mengetahui seperti apa kandungan oksigen dalam air, metode pengukurannya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kadarnya di dalam air.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah untuk mengetahui potensi kualitas air berbagai macam sumber air berdasarkan kandungan oksigen.

C. Manfaat Praktikum

Manfaat yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah agar kita dapat mengetahui potensi kualitas air berbagai macam sumber air berdasarkan kandungan oksigen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Potensi kuantitas air ditentukan oleh jumlah air yang dimiliki atau dihasilkan oleh suatu ekosistem akuatik tersebut. Kuantitas air sungai ditentukan oleh besarnya debit air sungai. Sedangkan kualitas air ditentukan oleh faktor-faktor fisik, kimia dan bakteriologis. Sifat fisik kualitas air meliputi warna, bau, temperatur, benda padat, benda yang terlarut, minyak, dsb. Sedangkan sifat kimia kualitas air dinyatakan oleh parameter kandungan bahan organik dan anorganik. Pengujian kandungan bahan organik dapat melalui jumlah oksigen yang ada dalam air (Dissolved Oxygen/DO). Sedangkan pengujian kandungan bahan anorganik di dalam air dapat dilihat dari parameter salinitas, kesadahan, pH, alkalinitas, kandungan Fe, Mn, Cl, SO4, dsb. Selanjutnya sifat bakteriologi dari kualitas air dapat dilihat melalui kandungan bakteri coliform, kuman-kuman patogen dan parasitik (Jamili dan Muksin, 2003:28-29).
Kualitas air secara umum tergantung pada banyaknya konsentrasi endapan (sedimen) unsur-unsur kimia serta mikroba yang terdapat di dalamnya. Evaluasi kualitas air untuk kepentingan air irigasi adalah sangat penting. Hal ini mengingat pemberian air dalam jangka waktu lama dan terus-menerus (continue) akan mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologis tanah (Basri, 2002:153).
Pengambilan contoh kualitas air dan program-program analisisnya diperlukan untuk menentukan cocok tidaknya air untuk suatu keperluan, seperti misalnya untuk penggunaan domestik, industri, dan pertanian. Data yang berasal dari program yang dirancang dengan teliti bisa memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan-hubungan geokimia dan hidrologi yang terjadi dalam sistem alami serta pengaruh kegiatan manusia terhadap sistem ini. Contoh-contoh kualitas air tersebut harus sungguh-sungguh mewakili air yang akan diselidiki. Berhasil tidaknya penggambaran zat-zat yang terlarut dan tersuspensi yang ada dalam air tergantung pada kebijakan dalam pemilihan lokasi pengambilan contoh, jenis dan frekuensi pengamatannya, serta peralatan dan prosedur yang digunakan (Linsley dkk, 1986:409).
Khusus untuk pertemuan dua sungai atau masuknya anak sungai, lokasi pengambilan sampel adalah di daerah dimana air kedua sungai diperkirakan telah bercampur secara sempurna. Untuk mengetahuinya, perlu dilakukan uji homogenitas air sungai. Uji homogenitas dilakukan dengan mengambil beberapa sampel di sepanjang lebar sungai dan pada kedalaman tertentu. Parameter ujinya antara lain suhu, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), dan Daya Hantar Listrik (DHL) (Hadi, 2005:85).
Penentuan oksigen terlarut harus dilakukan berkali-kali, di berbagai lokasi, pada tingkat kedalaman yang berbeda-beda dan pada waktu yang berbeda. Penentuan yang dilakukan di dekat lokasi pabrik akan lain hasilnya daripada lokasi yang jauh dari pabrik. Pengujian pada musim kemarau tentu akan memberikan hasil yang berbeda dengan pengujian pada musim penghujan. Jika oksigen terlarut terlalu rendah, maka organisme anaerob mungkin akan mati dan organisme aerob akan menguraikan bahan organik dan menghasilkan bahan seperti metana dan hidrogen suldfida. Zat-zat inilah yang mengakibatkan air berbau busuk (Kristanto, 2002:78).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 17 Mei 2008 pukul 08.00 – 10.00 WITA dan bertempat di Laboratorium Biologi Lanjutan Fakultas MIPA Universitas Haluoleo.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air)
No. Nama Alat Kegunaan
1. Botol kecil Sebagai wadah untuk menyimpan sampel air PAM, air sungai dan air sumur
2. Buret Untuk titrasi sampel air PAM, air sungai dan air sumur
3. Gelas ukur 500 ml Sebagai wadah untuk menampung sampel air PAM, air sungai dan air sumur yang sudah dititrasi
4. Labu erlemenyer 100 ml Sebagai wadah untuk menampung sampel air PAM, air sungai dan air sumur yang sudah dititrasi
5. Pipet tetes Untuk mengambil larutan Sulfuric-acid 95 -97%, Na Sulfat 0,0251 M 1 N, larutan kanji dan Akali-1-Azida yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur

Bahan yang digunakan dalam praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air)
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Air PAM, air sungai dan air sumur Sebagai contoh sampel air yang akan diuji kualitas airnya
2. Sulfurid-acid 95 – 97% Sebagai bahan yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur untuk mengukur kadar DO-nya
3. Na Sulfat 0,0251 M 1 N Sebagai bahan yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur untuk mengukur kadar DO-nya
4. Vaselin Untuk melapisi buret agar kedap udara
5. Larutan kanji Sebagai bahan yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur untuk mengukur kadar DO-nya
6. Mn Sebagai bahan yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur untuk mengukur kadar DO-nya
7. Akali-1-Azida Sebagai bahan yang akan direaksikan dengan sampel air PAM, air sungai dan air sumur untuk mengukur kadar DO-nya

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air) adalah sebagai berikut :
1. Mengambil contoh air dari berbagai macam sumber yang akan diamati.
2. Pada setiap air tersebut, melakukan pengukuran kandungan O2 dengan menggunakan beberapa peralatan kimia seperti buret, gelas ukur 500 ml, labu erlemenyer 100 ml dan pipet tetes serta beberapa bahan kimia seperti Sulfuric acid 95 – 97 %, Na Sulfat 0,0251 M 1 N, vaselin, larutan kanji, Mn dan Akali-1-Azida.
3. Membandingkan hasil pengukuran kandungan O2 dari contoh air tersebut dan menafsirkan mengenai kualitas airnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Dari hasil praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air) diperoleh data sebagai berikut :
No. Contoh Sampel Air Kandungan O2 (DO)
1. Air PAM 5,35 ppm
2. Air sungai 5,35 ppm
3. Air sumur 3,68 ppm

Analisis Percobaan Kandungan O2 (DO) dalam Air

ml x 0,025 x 8
Rumus : DO = x 1000
Volume sampel (150 ml)

1. Air PAM
4 x 0,0251 x 8
DO = x 1000 = 5,35 ppm
150

2. Air sungai
4 x 0,0251 x 8
DO = x 1000 = 5,35 ppm
150

3. Air sumur
2,75 x 0,0251 x 8
DO = x 1000 = 3,68 ppm
150

B. Pembahasan

Dalam praktikum ini, kita akan mengetahui potensi kualitas air dari berbagai macam sumber air berdasarkan kandungan oksigen di dalamnya. Dalam hal ini, kita menggunakan tiga sumber air sebagai sampel, yaitu air PAM, air sungai dan air sumur.
Salah satu cara untuk mengukur kualitas air adalah pengujian sifat kimia air. Dalam hal ini, kita dapat melakukan pengukuran kandungan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) yang terdapat dalam ketiga sampel air tersebut. Dari hasil pengukuran kandungan DO dari ketiga sampel air tersebut, ternyata air PAM dan air sungai memiliki kadar DO yang paling tinggi, yaitu 5,35 ppm. Sedangkan kadar DO air sumur hanya 3,68 ppm.
Dari hasil pengamatan di atas, kita mungkin dapat mengasumsikan bahwa kualitas air PAM dan air sungai lebih baik dibandingkan dengan air sumur. Hal ini bisa saja terjadi, jika sampel tersebut diambil dari sungai yang masih bersih dan belum tercemar. Tetapi, jika sampel tersebut diambil dari sungai yang airnya sudah tercemar, keruh, bau dan kotor, maka tentu saja kandungan DO-nya sangat sedikit, sehingga kualitas airnya jelek atau buruk. Sedangkan untuk air PAM sangat jelas memiliki kualitas yang baik. Hal ini disebabkan karena air PAM belum tercemar, baik secara fisik maupun secara kimia, sehingga banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti memasak, mandi, air minum, dll. Sedangkan kualitas air sumur meskipun cukup baik, namun masih di bawah kualitas air PAM.
Jadi, jelaslah bahwa pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air merupakan salah satu parameter kimia untuk mengetahui potensi kualitas dari suatu sumber air. Kehidupan di air dapat bertahan jika terdapat oksigen terlarut minimal sebanyak 5 ppm (part per million atau 5 mg oksigen untuk setiap liter air). Selebihnya bergantung kepada ketahanan organisme, derajat keaktifannya, kehadiran bahan pencemar, suhu air, dan sebagainya. Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan tertentu.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfer. Pada suhu 20C dengan tekanan 1 atmosfer, konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm, sedangkan pada suhu 50C dengan tekanan atmosfer yang sama, tingkat kejenuhannya hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan.
Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-ikan dan hewan air yang lain yang membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses korosi yang semakin cepat karena oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam.
Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air dibedakan menjadi dua, yakni uji BOD (Biochemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen biokimia) dan uji COD (Chemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen kimia). BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut di dalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20C. Hasilnya dinyatakan dengan ppm. Jadi BOD sebesar 200 ppm berarti bahwa 200 mg oksigen akan dihabiskan oleh sampel limbah sebanyak 1 liter dalam waktu lima hari pada suhu 20C.
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan dengan suatu uji yang lebih cepat dari uji BOD, yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji ini disebut dengan uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikromat, untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.
Bakteri dapat mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O, kalium dikromat dapat mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan nilai COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama. Di samping itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD. 96% hasil uji COD yang dilakukan selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji BOD selama 5 hari.
Senyawa klor, selain mengganggu uji BOD, juga dapat mengganggu uji COD, karena klor dapat bereaksi dengan kalium dikromat. Cara pencegahannya adalah dengan menambahkan merkuri sulfat yang akan bereaksi dengan klor membentuk senyawa kompleks.
Selain itu, suhu juga berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu air meningkat, maka kandungan oksigen terlarut di dalam air akan menurun. Sebagai contoh, ikan yang hidup di air yang mempunyai suhu yang relatif tinggi akan mengalami kecepatan respirasi. Artinya, ikan tersebut membutuhkan kadar O2 yang lebih banyak untuk respirasi, sehingga kandungan oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pengukuran kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air merupakan salah satu parameter kimia untuk mengukur potensi kualitas air.
2. Dalam praktikum ini, air PAM dan air sungai memiliki kandungan oksigen terlarut (DO) yang paling tinggi, yaitu 5,35. Sedangkan kadar DO air sumur sebesar 3,68.
3. Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air dibedakan menjadi dua, yakni uji BOD (Biochemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen biokimia) dan uji COD (Chemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen kimia).
4. Suhu juga berpengaruh terhadap kandungan oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu air meningkat, maka kandungan oksigen terlarut di dalam air akan menurun.

B. Saran
Saran yang dapat kami ajukan dalam pelaksanaan praktikum interaksi faktor lingkungan (pengukuran kandungan oksigen dalam air) adalah agar para asisten bisa memahami dan mengerti keadaan para praktikannya. Dalam arti jika para praktikan telah melakukan kesalahan, baik dalam pelaksanaan praktikum, maupun dalam pembuatan laporan, para asisten dapat memaklumi dan memaafkan kesalahan dari para praktikannya. Kami sebagai praktikan juga meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada para asisten jika kami melakukan kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Basri, H., 2002, Agroekologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hadi, A., 2005, Pengambilan Sampel Lingkungan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Jamili, Muksin, 2003, Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ekologi, FMIPA Unhalu, Kendari.
Kristanto, P., 2002, Ekologi Industri, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Linsley, R. K., M. A. Kohler, J. L. H. Paulhus, Y. Hermawan, 1986, Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta.

ekologi FAKTOR LINGKUNGAN

PRAKTIKUM I

FAKTOR LINGKUNGAN


OLEH :

NAMA : aat

NO. STAMBUK : aaaaa

PROGRAM STUDI : BIOLOGI

JURUSAN : BIOLOGI

KELOMPOK : aaa

ASISTEN PEMBIMBING : aatblanck

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2002

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan adalah suatu sistem yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Artinya, tanpa adanya lingkungan, suatu organisme tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam hal ini, faktor lingkungan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup organisme.

Secara garis besar, faktor lingkungan terbagi atas dua, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik terdiri atas manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik contohnya adalah tanah, air, cahaya, udara, suhu, kelembaban, curah hujan, dan lain-lain.

Baik faktor biotik maupun abiotik memberikan pengaruh yang sangat besar bagi suatu organisme. Sebagai contohnya adalah air yang merupakan faktor lingkungan yang sangat penting bagi makhluk hidup. Begitu juga dengan tanah, suhu, cahaya, udara, kelembaban, dan lain-lain. Semuanya merupakan faktor lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Oleh karena itu, pengetahuan mengenai faktor lingkungan sangat diperlukan. Sehingga kita dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan beserta peranannya bagi kehidupan.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui hubungan antara beberapa parameter fisik dan kimia lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan.

2. Untuk mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dan kimia lingkungan.

Manfaat yang ingin diperoleh dari praktikum ini adalah :

1. Dapat mengetahui hubungan antara beberapa parameter fisik dan kimia lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan.

2. Dapat mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dan kimia lingkungan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat berupa suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan komponen abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983:53).

Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1).

Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).

Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila pelapukan fisik batuan disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi kimia hasilnya memberikan sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah (Subba, 1994:225).

Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi, dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990:94).

Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan. Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek membatasi yang lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apabila keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 April 2008 pukul 08.00 – 10.00 WITA dan bertempat di sekitar Fakultas MIPA Universitas Haluoleo.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum faktor lingkungan

No.

Nama Alat

Kegunaan

1.

Termometer air raksa/ alkohol

Untuk mengukur suhu udara dan kelembaban udara

2.

Soil tester

Untuk mengukur pH tanah dan kelembaban tanah

Bahan yang digunakan dalam praktikum faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum faktor lingkungan

No.

Nama Bahan

Kegunaan

1.

Aquadest

Untuk membasahi ujung soil tester

2.

Tissue

Untuk membersihkan ujung soil tester

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum faktor lingkungan adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran Suhu Udara

a. Melakukan pengukuran suhu dengan menggunakan termometer pada beberapa tempat berbeda (ruangan, tempat terbuka,di bawah pohon dan areal terbuka).

b. Masing-masing hasil pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali pada selang waktu 5-10 menit dan kemudian hasilnya dirata-ratakan.

c. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan suhu udara.

2. Pengukuran Kelembaban Udara

a. Pengukuran kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan 2 buah termometer (dikonversikan dari suhu ke kelembaban) dan dilakukan pada tempat yang berbeda (ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka).

b. Melakukan pengulangan pengukuran pada masing-masing tempat berbeda sebanyak 4 kali, dan hasilnya dirata-ratakan.

c. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan kelembaban udara.

3. Pengukuran pH tanah dan Kelembaban Tanah

a. Pengukuran pH tanah menggunakan soil tester dan dilakukan pada beberapa tempat (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka) dengan cara menancapkan bagian ujung dari soil tester sampai kira-kira 5-15 cm ke dalam tanah, kemudian menekan knopnya. Maka akan terbaca nilai skala pH dari tanah tersebut.

b. Pengukuran kelembaban tanah dilakukan dengan menggunakan soil tester pada tanah yang diperkirakan mengandung air pada tempat tertentu (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka).

c. Melakukan pengulangan pengukuran (baik pH maupun kelembaban tanah) pada masing-masing tempat berbeda sebanyak 4 kali dan hasilnya dirata-ratakan.

d. Membuat diagram batang hubungan antara tempat dengan pH dan kelembaban tanah.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pengamatan Suhu Udara

No.

Areal Pengamatan

Suhu Udara (oC)

Suhu Udara (°C)

1

2

3

4

1.

Ruangan

28°

28°

27°

27°

27,5°

2.

Tempat terbuka

31°

30°

29°

30°

30°

3.

Di bawah pohon

28°

28°

28°

28°

28°

4.

Areal terbuka

34°

35°

36°

36°

35,25°

2. Pengamatan Kelembaban Udara

No.

Areal Pengamatan

Kelembaban Udara (%)

Kelembaban

Udara (%)

1

2

3

4

1.

Ruangan

0 %

1 %

1 %

2,5 %

1,125 %

2.

Tempat terbuka

2 %

1 %

1 %

2,5 %

1,625 %

3.

Di bawah pohon

1 %

2 %

1 %

1,5 %

1,375 %

4.

Areal terbuka

3 %

3 %

2 %

2 %

2,5 %

3. Pengamatan pH Tanah

No.

Areal Pengamatan

pH Tanah

pH Tanah

1

2

3

4

1.

Tempat Terbuka

5,5

5,4

6,2

5,6

5,7

2.

Di bawah pohon

6,2

6,2

6

6

6,1

3.

Areal terbuka

5,6

5,6

4,8

4

5

4. Pengamatan Kelembaban Tanah

No.

Areal Pengamatan

Kelembaban Tanah (%)

Kelembaban

Tanah

1

2

3

4

1.

Tempat Terbuka

25 %

40 %

70 %

70 %

51,25 %

2.

Di bawah pohon

25 %

25 %

25 %

25 %

23 %

3.

Areal terbuka

13 %

30 %

25 %

47 %

28,75 %


B. Pembahasan

Dalam praktikum ini, kegiatan yang pertama dilakukan adalah mengukur suhu udara pada tempat yang berbeda-beda (dalam ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali pengulangan dengan selang waktu 5-10 menit, ternyata suhu di ruangan dan di tempat terbuka cenderung menurun. Sedangkan di bawah pohon suhunya tidak berubah, yaitu tetap 28° C. Pada areal terbuka suhu cenderung meningkat. Setelah dirata-ratakan, ternyata suhu tertinggi berada pada areal terbuka, yaitu 35,25° C. Hal ini terjadi karena pada areal terbuka mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga menyebabkan makin lama suhunya semakin meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi di dalam ruangan yang tidak mendapatkan pancaran sinar matahari secara langsung, sehingga rata-rata suhunya paling rendah, yaitu 27,5° C. Sedangkan rata-rata suhu sedang terjadi di tempat terbuka dan di bawah pohon, karena ada beberapa tempat yang terlindungi dari cahaya matahari langsung, misalnya dengan adanya pohon-pohon ataupun atap bangunan, sehingga suhunya tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin.

Kegiatan yang kedua adalah mengukur kelembaban udara pada tempat yang berbeda-beda (dalam ruangan, tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali pengulangan, ternyata di areal terbuka rata-rata kelembaban udaranya paling tinggi, yaitu 2,5 %. Sedangkan yang paling rendah adalah di dalam ruangan, yaitu 1,125 %. Hal ini terjadi karena pada areal terbuka suhu udara sangat panas sebagai akibat dari penyinaran cahaya matahari secara langsung. Udara panas umumnya banyak mengandung uap air daripada udara dingin.Tejadinya penguapan air dari permukaan tanah, air dan tumbuhan akibat meningkatnya suhu pada areal terbuka menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan uap air di udara, sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebaliknya, di dalam ruangan suhu udara rendah dan hanya sedikit penguapan yang terjadi, sehingga kelembaban udaranya rendah.

Kegiatan yang ketiga adalah mengukur pH tanah pada tempat yang berbeda-beda (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali pengulangan, ternyata rata-rata pH tertinggi terdapat pada tanah di bawah pohon, yaitu 6,1. Hal ini menunjukkan bahwa tanah di bawah pohon cenderung bersifat netral, yaitu mendekati pH 7. Tanah di bawah pohon banyak mengandung air dan garam-garam mineral lainnya yang diserap oleh akar pepohonan. Sehingga tanahnya agak basah karena kandungan air di dalamnya. Sedangkan pada tempat terbuka dan areal terbuka, rata-rata pH tanahnya lebih rendah, yaitu 5,7 dan 5. Hal ini menunjukkan bahwa tanahnya cenderung bersifat asam, karena pH-nya dibawah 7. Selain itu, karena pengaruh penyinaran matahari secara langsung, suhu udara menjadi panas. Hal ini menyebabkan tanah menjadi kering dan kekurangan air, sehingga tanah cenderung bersifat asam.

Kegiatan yang keempat adalah mengukur kelembaban tanah pada tempat yang berbeda-beda (tempat terbuka, di bawah pohon dan areal terbuka). Setelah diukur dengan 4 kali pengulangan, ternyata rata-rata kelembaban tertinggi terdapat pada tempat terbuka, yaitu 51,25 % dan kelembaban terendah terdapat pada tanah di bawah pohon, yaitu 23 %. Namun, sebenarnya, menurut teori, hal yang demikian tidak semestinya terjadi. Seharusnya pada tanah di bawah pohon kelembaban tanah lebih tinggi dibandingkan di tempat terbuka. Mengapa ? Karena, tanah di bawah pohon banyak mengandung air dan garam-garam mineral. Karena kandungan airnya tinggi, berarti kelembabannya juga tinggi. Sedangkan pada tanah di tempat terbuka tanahnya kering karena mengandung sedikit air, jadi kelembabannya rendah. Kesalahan yang demikian terjadi karena pada waktu pengukuran di tempat terbuka dan areal terbuka, pengukuran kelembaban tanah tidak dilakukan pada satu tempat yang sama, tetapi pada tempat berbeda. Misalnya pada pengukuran pertama pada tanah yang kering di tempat terbuka, kelembaban tanahnya 25 %. Tetapi, pada pengukuran kedua, ketiga dan keempat kelembaban tanah meningkat menjadi 40 % sampai 70 %. Hal ini terjadi karena pada pengukuran kedua, ketiga dan keempat dilakukan pada tempat yang tanahnya cukup banyak mengandung air. Begitu juga pada areal terbuka. Dengan demikian, pada kegiatan keempat ini terjadi kesalahan teknis. Tetapi, kita telah memahami bahwa pada tanah di bawah pohon kelembabannya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di tempat terbuka dan areal terbuka.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan pada praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Suhu udara suatu daerah sangat dipengaruhi oleh pancaran sinar matahari. Daerah yang menerima pancaran sinar matahari secara langsung suhu udaranya lebih tinggi atau lebih panas dibandingkan dengan daerah yang terlindung atau tidak menerima pancaran sinar matahari secara langsung.

  1. Kelembaban udara sangat dipengaruhi oleh kandungan uap air yang ada di udara. Dalam hal ini, suhu udara akan menentukan tinggi rendahnya kelembaban udara. Udara yang panas memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibanding udara dingin karena pada suhu panas penguapan lebih banyak terjadi.
  2. Kadar pH tanah dipengaruhi oleh kandungan air dan garam-garam mineral di dalamnya. Dalam hal ini, tanah yang basah dan mengandung banyak air pH-nya cenderung bersifat netral atau basa, sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air cenderung bersifat asam.
  3. Tinggi rendahnya kelembaban tanah dipengaruhi oleh kandungan air yang terdapat di dalam tanah. Tanah yang banyak mengandung air memiliki kelembaban yang lebih tinggi. Sedangkan tanah yang kering dan mengandung sedikit air memiliki kelembaban yang rendah.

B. Saran

Saran yang dapat kami ajukan dalam pelaksanaan praktikum faktor lingkungan adalah agar para asisten dapat menyediakan buku penuntun praktikum secara lengkap, tidak terpisah-pisah. Sehingga para praktikan dapat mempelajari lebih awal materi yang akan dipraktekkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J. Y., 1990, Ekologi Tropika, ITB Bandung, Bandung.

Kimball, J. W., 1983, Biologi Jilid 3, Erlangga, Jakarta.

Odum, E. P., 1996, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, UGM Press, Yogyakarta.

Soetjipta, 1993, Dasar-dasar Ekologi Hewan, Depdikbud Dirjen Dikti, Yogyakarta.

Subba, N. S., 1994, Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman, Universitas Indonesia, Jakarta.

Suin, N. M., 1997, Ekologi Hewan Tanah, Bumi Aksara, Jakarta.

PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

LAPORAN  KUMPULAN ARTIKEL BAHASA

AATUNHALU 

 

 

 

 

 

 

OLEH:

 

 

NAMA                         : KHARIS ISNAIN

STAMBUK                   : F1A1 00 041

 

 

 

 

 

 

 

LABORATORIUM UNIT

UPT LABORATORIUM DASAR PUSAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000

 

 

 

 

Penulisan Daftar Pustaka

      Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka.

a. Daftar pustaka disusun secara berurutan menurut  urutan abjad.

b. Tidak perlu adanya nomor urut

c. Nama penulis dibalik dan dipisahkan dengan tanda koma (,)

d. Antara nama penulis, judul tulisan, dan tempat dalam daftar pustaka dipisahkan dengan tanda titik (.).  

e. Cara penulisan rujukan

1) Rujukan dari buku

Tahun penerbitan ditulis setelah nama pengarang, diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan huruf miring, dengan huruf kapital pada setiap awal kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:). Contoh:

Andreas A. Danajaya. 1986. Sistem Nilai Manajer Indonesia. Jakarta: Pustaka binaman Presindo.  

Selden, Raman. 1989. Practicing Theory and Literature an Introduction. Tokyo: Harvester Wheatsheaf.

Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang  yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh lam-bang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul buku-bukunya.

Contoh:

Tarigan, Henry Guntur. 1985a. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1985b. Pengajaran Kosa Kata. Bandung: Angkasa.

2) Rujukan dari Buku Kumpulan Karangan

Cara menulis rujukan dari buku berisi kumpulan artikel yang ada editornya adalah seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.) jika satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama pengarang dan tahun penerbitan.

Contoh:

Brannen, Julia (Ed.). Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. England: Avebury.

3) Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)

Nama pengarang artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel ditulis tegak (tidak miring) dan diberi tanda kutip. Nama editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor dan (Eds.) bila lebih dari satu editor. Judul buku kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dalam kurung.

Contoh:

Fananie, Zainuddin. 2000. “Perspektif Ideologis dalam Sastra Indonesia” dalam Soediro Satoto (Ed.) Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan editor. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Press (hal. 13-28)

Barthes, Roland. 1992. “Unsur-unsur Semiologi: Langue dan Parole” dalam Panuti Sujiman dan  van Zoest, (Eds.) Serba-serbi Semiotika. Jakarta; Gramedia, (hal. 80-88).

4) Rujukan dari Artikel dalam Jurnal

Nama penulis ditulis paling depan diikuti tahun dan judul artikel yang ditulis dengan huruf tegak dan huruf kapital pada tiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan huruf miring dan huruf awal dari setiap kata ditulis dengan huruf kapital kecuali kata hubung serta diberi tanda kutip. Bagian akhir berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa, dan nomor halaman dari artikel tersebut.

Contoh:

Simpson, Paul. 1992. “Teching stylistics: analysing cohesion and narrative structure in a short story by Ernest Hemingway” dalam Jurnal Language and Literature. Vol I no. 1 1992.

Ley, R.G., & Bryden, M.P. (1979). Hemiapheric differences in processing emotions and faces. Brain and Language, 7, 127-138

5) Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran

Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan dan tahun (jika ada). Judul artikel ditulis tegak diberi tanda kutip dan huruf kapital pada setiap huruf awal, kecuali kata hubung. Nama majalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil dengan huruf kapital pada awal setiap kata dan dihuruf miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir.

Contoh:

Ismail, Taufik, “Menyembuhkan Bangsa yang Rabun Membaca”, Suara Muhammadiyah, No. 22/Th. Ke-87/16-30 November 2002. hal. 5-6

Alwasilah, Chaedar, “Meluruskan Pengajaran Sastra” Media Indonesia, 20 Juni 2001

         “Perlunya Meluruskan Pengajaran Sastra” Media Indonesia, 26 Juli 2001. hal 4

6) Rujukan dari Koran tanpa Penulis

Nama koran ditulis di bagian awal. Tahun, tanggal, dan bulan ditulis setelah nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf kapital dan kecil dan tanda kutip serta diikuti dengan nomor halaman.

Contoh:

Kompas, 3 April 2002. “Perubahan Strategi Ekonomi Indonesia”. Halaman 3

7) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu Penerbit tanpa Pengarang dan tanpa Lembaga

Judul atau nama dokumen ditulis dibagian awal dengan huruf miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit dan nama penerbit.

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak oleh PT Armas Duta Jaya.

 

8) Rujukan dari Lembaga yang Ditulis atas Nama Lembaga tersebut

Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan karangan tersebut.

Contoh:

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Kedua.

9) Rujukan dari Ensiklopedi

Dimulai dengan nama artikel, nama ensiklopedi, tahun, volume dan halaman.

Contoh:

“Rhetoric”. Encyclopaedia Britanica. 1970. Vol. XIX. Hal.257-260.

10) Rujukan Berupa Karya Terjemahaman

Nama pengarang asli ditulis paling depan diikuti tahun penerbitan, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan.

Luxemberg, Jan van. et.al. 1963. Pengantar Ilmu Sastra. Terjemahan Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

11) Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Nama penyusun ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan huruf miring diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama kota tempat perguruan tinggi dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi.

Contoh:

Hulquist, M. 1985. The Adverb just in American English usage. Master’s thesis, Applied linguistics, University of California, Los Angeles.

Wahyuningdyah, R.Y. 1996. Analisis Faktor-faktor Motivasi dan Hubungannya dengan Produktifitas Tenaga Kerja Akademik Kopertis Wilayah V.. Tesis tidak Diterbitkan. Yogjakarta. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

12) Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau Lokakarya

Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun. Judul makalah ditulis cetak tegak dengan diberi tanda kutip, kemudian diikuti pernyataan “makalah disajikan dalam …”, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyeleng-garaan, serta tanggal.

Contoh:

Wahab, Abdul. 2002. “Komet Api Sakodam” Makalah yang disajikan dalam acara Sastrawan Bicara Mahasiswa Membaca yang diselenggarakan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang tanggal 2 September 2002

 

Pawley, A., and Syder F. (1976). “The One Clause a Time Hypothesis”. Makalah disampaikan pada Kongres Masyarakat Linguistik New Zealand Pertama, Auckland tanggal 5-7 Juni 1976

13) Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual

Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul karya (dihuruf miring), keterangan Online dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dengan keterangan Online di dalam kurung disertai dengan keterangan kapan diakses diantara tanda kurung.

Contoh:

Hermawan,SriSutyoko“PesonaSainsdalamFiksi” (Online)
http://www.kompas.com/kompas%2Dcetak/0103/11/seni/peso18.htm. (diakses 4 Maret 2002)

14) Rujukan dari Internet berupa Artikel dari Jurnal

Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tahun, judul artikel dengan tanda kutip, nama jurnal dengan huruf miring, volume dan nomor, keterangan Online dalam tanda kurung dan diakhiri dengan ala-mat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses di antara tanda kurung.

Contoh:

Miall, D.S. 1995. “Anticipating and Feeling in Literary Response a Neuropsy-chological Perspektive”. Poetics. 23, 275-298 (Online) http://www.hu.mtu.edu/reader/online/20/allen20.html (diakses Oktober 2002)

15) Rujukan dari Internet berupa Bahan Diskusi

Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi (dihuruf miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online) dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion List, (Online). (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995 )

16) Rujukan dari Internet berupa E-mail Pribadi

Nama pengirim jika ada dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara berturut-turut tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dihuruf miring), keterangan Online dalam tanda kurung, nama yang dikirim disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).

Contoh:

Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).

3. Penulisan Catatan Kaki

     Sistematika penulisan catatan kaki adalah sebagai berikut.

     Nama penulis (tidak dibalik), judul (Kota terbit: Penerbit, tahun), hlm.

     Contoh:

     Mochamad Aleq Sander, Atlas Berwarna Patologi Anatomi (Malang:UMM Press, 2005). Hlm.78.

E. Sistematika Penulisan

1. Penulisan Judul

     Semua judul, baik bab, subbab, maupun sub-subbab, diawali dengan huruf kapital, kecuali kata depan dan kata sambung. Penulisannya dengan menggunakan cetak tebal (bold).

     Contoh:

     Judul Buku              : Pengantar Mikro Ekonomi

     Judul Bab              

  http://ummpress.umm.ac.id/detail.php?judul_menu=pedoman+naskah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tugas

Suckerfish

1. BERSIHKAN RAMBUT SECARA TERATUR

Agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga, usahakan minimal membersihkan rambut anak dua hari sekali. Sebaiknya, aktivitas mencuci rambut bagi anak tidak terlalu lama. Satu atau dua menit pun cukup. Setelah itu, dibilas hingga bersih. Kebersihan rambut bisa membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit kepala. Rambut yang bersih juga membantu mengurangi stres dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh dan berkembang secara normal. Kutu rambut pun tidak diberi kesempatan untuk hidup. Rambut wangi, bersih, dan segar.

Sedangkan pada bayi, keramas dapat dilakukan satu atau dua kali seminggu. Ingat, rambut bayi tidak terlalu kotor, selain tidak mengeluarkan banyak keringat. Rambut bayi juga tidak selebat rambut orang dewasa. Seminggu sekali bersihkan kulit kepalanya menggunakan baby oil lalu segera keramas.

2. PILIH SAMPO YANG TEPAT

Disarankan membeli sampo berkualitas baik yang mampu menghilangkan minyak, sisik kepala, dan membuat rambut si kecil jadi lebih lemas, gampang disisir, serta tidak mudah kusut. Ada banyak sampo pilihan buat anak. Sedangkan untuk bayi, pilihlah yang bahan aktifnya tidak mengiritasi mata dan tidak memicu alergi.

3 PILAH-PILIH SISIR

Gunakan sisir yang bergigi renggang atau sikat rambut yang tidak tajam. Sisiri rambut anak secara lembut. Bila tidak, salah-salah cara rambut si kecil malah rusak dan rontok. Jadikan acara menyisiri rambut ini sebagai ajang untuk menunjukkan kasih sayang dan menjalin kedekatan.

Kesehatan rambut erat kaitannya dengan pemilihan sisir yang tepat. Sisir yang kurang baik akan mudah menyebabkan rambut rusak atau rontok. Hindari membeli sisir berbahan nilon karena berisiko menyebabkan rambut mudah patah. Meskipun terlihat gaya, sisir berbahan metal juga dapat merusak rambut. Jangan lupa, bersihkan sikat dari sisa rambut yang tersangkut. Cuci dengan air hangat hingga bersih. Untuk bayi, gunakan selalu sisir bayi yang lembut.

4. GUNTING RAMBUT

Guntinglah rambut secara teratur. Selain untuk menjaga penampilan, rambut yang pendek juga memudahkan orangtua menjaga kebersihan rambut. Memotong rambut juga berguna agar ujung-ujung rambut tetap sehat, tidak bercabang, mudah patah, atau kering. Bahkan untuk bayi, orangtua bisa menggunduli anak dalam beberapa waktu tertentu. Selain rambut dan kulit kepala bayi mudah dibersihkan, rambut yang baru akan tumbuh lebih lebat dan hitam.

5. KONSUMSI MAKANAN BERGIZI

Rambut sehat memerlukan asupan nutrisi yang baik. Kurangnya asupan protein dan vitamin dapat membuat rambut rontok, kusam, kemerahan, berketombe, dan akhirnya rontok. Ingat, vitamin dan zat gizi berperan dalam menunjang kekuatan dan kesehatan rambut. Vitamin B kompleks, misalnya, jika asupannya kurang dapat menyebabkan rambut kusam, juga tumbuh suburnya ketombe. Sedangkan vitamin C dapat menjaga kekuatan akar rambut. Ingat akar rambut berperan dalam kesehatan rambut secara keseluruhan. Lewat akarlah, semua zat gizi diserap dan disalurkan ke rambut. Kurangnya zat besi juga berisiko menimbulkan kerontokan rambut. Zat belerang juga berperan dalam memberikan kilau pada rambut. Kandungan zat gizi ini dapat ditemukan pada ikan, telur, dan lain-lain. Sedangkan lemak berperan dalam menjaga kekuatan rambut, disamping kilau rambut.

Untuk bayi, sangat dianjurkan mengonsumsi ASI secara eksklusif. Ini karena ASI kaya kandungan gizi, tidak dapat tertandingi oleh susu formula atau nutrisi lainnya.

6. IKAT RAMBUT SAAT BEROLAHRAGA

Olahraga sangat baik untuk kesehatan. Namun, aktivitas itu juga berpotensi merusak rambut. Jika rambut anak panjang, ikatlah dan jepit ke atas. Pastikan rambut itu tidak menghalangi gerakan dan pandangan anak. Penggunaan ikat kepala atau bando juga bisa menjadi solusi. Selain tampil lebih gaya, rambut anak pun lebih terjaga. Bila menggunakan penutup kepala atau bandana, pilihlah yang cepat menyerap keringat sehingga tidak menumpuk di kulit kepala. Ingat, endapan keringat yang mengering dapat merusak akar rambut.

7. JAUHI SINAR MATAHARI

Terik matahari dapat merusak rambut. Itulah mengapa, saat bepergian di tengah terik matahari, usahakan memakai topi atau payung. Usahakan rambut terlindungi dari sinar matahari.

8. KENAKAN PENUTUP SAAT BERENANG

Saat berenang, kenakan penutup rambut setelah membasahi rambut seluruhnya. Selesai berenang cuci rambut untuk menghilangkan klorin yang menempel pada rambut. Jika mungkin kenakan kondisioner tanpa bilas sebelum Anda masuk ke kolam.

9. HATI-HATI SAAT MENGERINGKAN

Mengeringkan dengan handuk bisa jadi penyebab kerusakan rambut. Menggosok rambut basah dengan handuk membuat helai-helai rambut kusut dan mudah terjerat pada benang-benang di handuk, sehingga tertarik dan mudah putus, rusak pada kutikula, dan ujung rambut terbelah. Jadi, tepuk-tepuk saja rambut basah dengan handuk, lalu diurut sesuai arah pertumbuhan rambut. Memang cara ini agak makan waktu, tetapi berharga untuk rambut anak.

Saeful Imam.

Perawatan kulit kepala, agar rambut tumbuh sehat.

Umumnya orang hanya memperhatikan kebersihan rambut dan kulit kepala.
Mereka kebanyakan lebih mementingkan perawatan mutu rambut, tapi
mengabaikan perawatan kulit kepala. Dan sebagai akibatnya mudah memicu
ketombe, gatal-gatal dan alergi.
Bagaimana memilih produk baik untuk merawat kulit kepala.
Merawat kulit kepala berminyak, perlu menggunakan sampo yang mengandung
zinc pyrithione, selenium sulfid, ketoconazole atau tar, komposisi itu
sangat efektif dalam memberantas baksil ketombe dan mengekang
hiperplasia permukaaan kulit. Kalau hendak memperbaiki gejala
berminyaknya kulit kepala, dianjurkan menggunakan sampo yang dapat
mengseimbangkan pengeluaran lemak, dalam rangka menghindari lebih
memparahnya ketombe.
Sejumlah sampo anti ketombe di pasar, semuanya mengandung zp dan
selenium sulfid, produk tersebut berfungsi mengekang tumbuhnya baksil
ketombe, dan menghindarkan kelebihan kornifikasi kulit. Produk itu harus
sering digunakan baru dapat terjaga keefektifannya. Setiap menyuci
rambut dengan sampo anti ketombe, jangan terlalu cepat membilasnya,
biarkan sampo berada pada rambut agak lama, kulit kepala sebaiknya
dipijat-pijat selama 5 menit, agar dapat menyerap komposisi anti ketombe

Banyak orang lebih suka memilih produk alami. Selama ribuan tahun, orang
Tionghoa, India dan Indian menggunakan berbagai ramuan tradisional untuk
merawat rambut dan kulit kepala, karena ramuan tumbuh-tumbuhan dapat
mencegah gejala rontoknya rambut dan tidak mempunyai efek sambilan.
Pengetahuan mengenai ketombe.
Munculnya ketombe disebabkan pengaruh penyakit kulit tertentu atau unsur
fisiologi lainnya, metabolisme kulit kepala tumbuh cepat dengan tidak
normal, sehingga mengakibatkan rontoknya dalam jumlah besar keratinocyte
yang belum kornifikasi sepenuhnya, sehingga membentuk ketombe yang dapat
dilihat dengan bola mata. Setelah sel bagian akar rambut dan kelenjar
rambut tumbuh atau mati, dapat meninggalkan serat protein kornifikasi,
dan kombinasi protein kornifikasi itulah yang disebut rambut.
Karena rambut terdiri dari kombinasi protein dan tidak bernyawa, maka,
tidak memiliki daya penyerapan secara inisiatif. Dalam banyak iklan
sampo sering disebut berfungsi merawat ujung rambut dan lainnya,
sebenarnya merujuk kepada sejumlah molekul yang kaya mengandung lemak
dan asam amino, merembes dan menempel di sisik rambut.
Bagaimana dengan tepat merawat kulit kepala.
Dilihat dari strukturnya, satu-satunya sumber gizi rambut adalah dari
pembuluh darah kecil di bawah kelenjar rambut. Kalau ingin mempunyai
rambut yang mengagumkan, kesehatan kulit kepala sangatlah penting.
Cara menyuci rambut.
Perawatan rambut yang terpenting yalah menjaga kebersihan kulit kepala
dan rambut. Kulit kepala yang terlalu berminyak dapat merugikan
pertumbuhan rambut, dan juga dapat mempengaruhi mutu rambut. Setiap kali
mencuci rambut dianjurkan agar gerak gerik jari tangannya harus ringan
dan lembut selama kira-kira lima menit supaya komposisi sampo dapat
meresap ke dalam kelenjar rambut dan mengekang baksil ketombe serta
hiperplasia abnormal sel kulit kepala.
Bila mengeringkan rambut dengan hair dryer sedapat mungkin menghindar
suhu terlalu tinggi agar tidak merusak kulit kepala dan merangsang
pertumbuhan ketombe.
Pijat kulit kepala.
Pijat kulit kepala dapat dilakukan sekali setiap pekan sekitar 5 menit,
ini dapat dengan efektif memperlancar sirkulasi darah pada kulit kepala,
agar kelenjar rambut mendapatkan gizi yang cukup sehingga rambut menjadi
indah berkilauan.
Kulit kepala berminyak.
Kalau kulit kepala Anda termasuk berminyak, dengan memoleskan sampo
pembasah di kulit kepala, mudah memicu ketombe. Jadi sebaiknya sampo
hanya dipoleskan di rambut saja.
Perhatian cuci rambut di salon.
Ada orang yang suka mencuci rambut di salon, maka, perlu memperhatikan
kebiasaan sanitasi periasnya, karena kalau kuku tangannya dan anduknya
kurang bersih, dapat menularkan penyakit .
Suplai gizi untuk kulit kepala.
Dalam kehidupan sehari-hari harus memperhatikan keseimbangan makan dan
minum. Diusulkan supaya banyak mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung kelompok vitamin B, Vitamin A dan vitamin C, karena vitamin B
dapat menyehatkan rambut dan membuatnya berkilauan menawan, vitamin A
dapat mencegah kerontakan rambut, dan vitamin C dapat membantu akar
rambut menyerap nutrisi dari darah, sedangkan makanan yang banyak
mengandung protein dan zat mineral bermanfaat bagi pertumbuhan rambut.
Kekurangan nutrisi apa pun mudah mengakibatkan patahnya rambut, maka,
menu makanan yang sehat dan seimbang sangat penting bagi kesehatan
rambut maupun kesehatan badan. Maka dianjurkan untuk mengurangi konsumsi
gorengan, makanan pedas, minuman keras dan kopi yang bersifat
merangsang. Selain itu tidur juga harus cukup dan jangan suka bergadang
serta menjaga diri untuk dapat selalu gembira.

http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

 

 

· KUTIPAN


Kutipan harus sama dengan aslinya, baik mengenai susunan kata-kata, ejaan maupun tanda bacanya.
Kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih, di ketik satu spasi dengan cara :


Baris pertama dimulai setelah tujuh ketukan dari margin kiri.
Barisan kedua seterusnya di mulai setelah empat ketukan dari margin kiri.
Contoh : Tentang manajemen kas Maurice D. Levi menyatakan :


The Objective of effective working-capital management in an international environment are both to allocate short term investments and cash balance holdings between currencies and countries to maximize overall corporate returns and to borrow in different money markets to achieve the minimum cost.(Levi, 1990, p.286)


Kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris diketik seperti pada pengetikan teks biasa (dua spasi) akan tetapi diberi tanda kutip pada awal dan akhir kutipan.


Contoh : Menurut Bambang Riyanto “Pembelanjaan disatu pihak dapat sebagai masalah penarikan modal, dan dilain pihak dapat dipandang sebagai masalah penggunaan modal”.
Kalau kutipan itu perlu dihilangkan beberapa kata/bagian dari kalimat, maka pada awal kalimat itu diberi titik tiga buah.


Contoh :Teory Refleksivitas menurut 1 George Soros dalam The Alchemy Finance menyatakan bahwa:“… Functions need an independent variable in order to produce a determinate result, but in this case the independent variable of one function is the dependent variable of the other …” (Soros, 1994, p. 42).


Kalau di dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima baris terdapat tanda kutip (dua koma), maka harus diubah menjadi tanda kutip satu koma.


Contoh : “Reorganisasi yang disertai dengan penarikan modal baru biasanya diadakan pada waktu-waktu sesudah ‘revival’ dimana dirasakan kebutuhan adanya modal kerja yang relatif besar”. Kata “revival” ditulis ‘revival’


Tiap akhir kutipan ditulis diantara dua kurung nama pengarang, tahun terbitan dan halaman kutipan..


· FOOTNOTES dan ENDNOTES


Peneliti boleh menggunakan FOOTNOTES dan ENDNOTES ketika menulis kutipan.Cara penomeran FOOTNOTES adalah menulis nomor urut 1, 2, 3, dan seterusnya di akhir kutipan dan di belakang penulis kutipan dengan FONT SUPERCRIPT .


Contoh: 1Danila, Nevi, The Impact of Intervention On Inventory Control Mechanism, (Malang-Indonesia, Jurnal Akuntansi-Bisnis &Manajemen, 2001, p. 117 – 148)


Cara pengetikan endnotes


Dalam endnotes dicantumkan nama akhir pengarang, , tahun dan halaman. Contoh: “ The starting point in effective management is setting goals: objectives that a business hopes (and plans) to achieve.” (Griffin & Ebert, 1998, p. 111)
Sumber-sumber yang dikutip dapat berasal dari :
Buku;
Majalah/jurnal/CD ROM;
Surat kabar;
Ensiklopedi;
Web-site;


Sumber dari Buku

Satu Pengarang


Contoh : 1 Sjahrir, Analisis Bursa Efek, cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, halaman 157. (Sjahrir, 1995, hal.157)


2 Guritno Mangkoesoebroto, Kebijakan Ekonomi Publik Di Indonesia : Substansi dan Urgensi, cetakan pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, halaman 38 (Guritno, 1994, hal. 38)Buku ini ada anak atau sub judul


Dua Pengarang


Contoh : 1 Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, edisi pertama, cetakan pertama, UPP-AMP YKPN, Yogyakarta, 1993, halaman 115 (Husnan & Pudjiastuti, 1993, hal. 115)
2………, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, UPP-SMP YKPN, Yogyakarta, 1993, halaman 191 (Husnan & Pudjiastuti, 1993, hal. 191)


Tiga Pengarang


Contoh : 1Rugman, Alan M., Donald J. Lecraw, and Laurence D. Booth, International Business Firm and Environment, 2 and Printing, Mc Graw Hill Book Company, Singapore, 1987, page 323 (Rugman, Lecraw and Booth, 1987, p.323)
2Engel, James f., Roger D. Blackwell dan Paul W. Miniard, (1990), Perilaku Konsumen, Terjemahan : Budijanto, Jilid 1, cetakan Pertama, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995, halaman 127 (Engel, Blackwell and Miniard, 1995, hal. 127)
3 Eiteman, David K., Stonchill, Arthur I., Moffett, Michael H., Multinational Business Finance, ninth edition, Addison-Wesley Publishing Company, Inc, 2001, USA, p. 152 (Eiteman, Stonchill and Moffett, 2001, p. 152)


Pengarang lebih dari tiga


1Spriegel, M., et al, Statistics, Schaum Edition, Prentice Hall, New York, 1970, Page 90.
Artikel atau tulisan dalam buku kumpulan karangan
Untuk kutipan dari artikel atau tulisan yang dimuat dalam buku kumpulan artikel atau tulisan cara penulisannya sebagai berikut :


Contoh : 1Biagiono,Luis F., Joseph A. Lovely, “The Impact of Accounting on Managerial Performance “In Readings in Cost Accounting, Budgeting and Control, Ed, William E. Thomas, Jr, Fifth Edition, South-Western Publishing Co, Cincinnati,978, page 26-27.
2Ida Bagus Mantra dan Kasto, “Penentuan Sampel”, Dalam Metode Penelitian Survei Ed., Mari Singarimbun dan Sofyan Effendi, Edisi Revisi, LP3ES., Jakarta, 1989, halaman 155-171.


Tidak ada pengarang tertentu


Buku diterbitkan oleh sebuah nama Badan, Lembaga, Perkumpulan perusahaan dan sejenisnya, cara penulisan catatan kaki seperti dibawah ini. Contoh : 1Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi, Accountancy Development in Indonesia, Publication No. 9, Yogyakarta, 1992, halaman 305.


2Bank Indonesia, Laporan Mingguan (Weekly Report), No. 1855, 15 Desember 1994, BI Urusan Ekonomi dan Statistik, Jakarta, 1994 halaman 10.


Buku yang diterjemahkan


Dalam buku terjemahan yang dicantumkan tetap nama pengarang asli dan judul buku yang diterjemahkan, dibelakang judul buku ditulis nama penerjemahnya. Contoh : 1Kerlinger, Fred N., (1989), Asas-asas Penelitian Behavioral, Terjemahan : Landang M. Simatupang, edisi ketiga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1990, halaman 101.


2Wee Chow Hou, Lee Khai Sheang, dan Bambang Walujo Hidayat, (1991), Sun Tzu perang dan Manajemen, Terjemahan : Soesanto Boedidharmo, cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992, halaman 256.


Sumber dari Majalah atau jurnal


Contoh :1Gatot Widayanto, “Strategic Cost Management : Tehnik Manajemen Biaya Untuk Transformasi Visi Bisnis Anda”, Manajemen dan Usahawan Indonesia, No. 02 Th XXIV Februari 1995, halaman 10-15.


2Chekulaev, Elena., “The Stolen Life Of Okada Yoshiyo, The Untold Story of How a Courageous Japanese Actress Survived in Stalin’s Russia”, ASIAWEEK February 23, 1994, halaman 50-57.3 Kasali, Rhenald, “ Fenomena Pop Marketing Dalam Konteks Pemasaran di Indonesia, Manajemen Usahawan Indonesia, No. 09/TH. XXXII September 2003, halaman 3


Sumber dari surat kabar


Contoh : 1Harian Republika, Senin, 1 Maret 2004, halaman 6.2Bisnis Indonesia, Selasa, 2 Maret 2004, halaman 5.
Sumber dari Ensiklopedi


1) Nama Pengarang diketahui Contoh :


1Magdalena Lumbantoruan dan B. Suwartoyo, Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan M

manajemen, jilid 1, cetakan pertama, PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1992, halaman 317.


Sumber dari Web-site:

Kutipan yang diperoleh dari web-site cara penulisan sumber dapat ditulis sebagai berikut:


(a) Tingkat inflasi Indonesia tahun 2003

http://www.bi.gi.id/bank_indonesia2/moneter/inflasi/ diakses pada hari: Jum’at, 5 Maret 2004.

(b) Rating Indonesia dari Standard & Poorhttp://www.standardpoor.com/ratings diakses 8 Setember 2004

.(c) Doyne Farmer and Andrew W. LO. 1999, Fronters of Finance: Evolution and Efficient Markets, April 11, 1999 (online) diakses 30 Agustus 2004(http://www.e-m-h.org/FaLo99b.pdf )

(d) Ragnar Nurkse, “Memahami Kemiskinan” online (http://www.kimpraswil.go.id/publik/P2KP/Des/memahami99.html) diakses, 25 Agustus 2004

(e) The NAIRU: Non-accelerating Inflation Rate of Unemployment, Juli 19, 2002, Semi-Daily Journal , Brad Delong’s, diakses 7 Setember 2004(http://econ161.bekerley.edu/movable_type/archives/000382.html)

· DAFTAR PUSTAKA


Isi


Daftar pustaka berisi sumber-sumber yang dipergunakan untuk penulisan Skripsi .
Susunan Daftar pustaka di susun menurut abjad nama pengarang, yang dapat ditulis nama orang, lembaga, badan dan lainnya.

Bentuk Bentuk susunan dalam daftar pustaka dapat disusun seperti berikut : 1) Nama pengarang asing dimulai dengan nama akhirnya, sedang pengarang lokal ditulis tetap. 2) Nomor halaman tidak perlu dicantumkan. 3) Nama pengarang mulai diketik pada margin kiri, sedangkan baris kedua dan selanjutnya diketik empat ketukan dari margin kiri dengan jarak pengetikan satu spasi. Antara sumber yang satu dengan sumber berikutnya berjarak dua spasi. Contoh : Daftar Pustaka


Azumi, K and J. Hage, Organization Systems, A Text Reader Inc Sociology Of Organization, D. C. Heath dan Company, London, 1980.Burns, T dan Stalker, G. M., The Management Of Innovation, Tavistock, London, 1984.


Clothier, Peter J., (1991), Meraup Uang Dengan Multi-Level Marketing : Pedoman Praktis Menuju Network Selling Yang Sukses, Terjemahan : T. Hermaya, Cetakan Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.Etziomi, Amitai, (1991), Dimensi Moral Menuju Ilmu Ekonomi Baru, Terjemahan : Tjun Surjaman, Cetakan Pertama, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992.


Farmer, J. Doyne and Lo, Andrew W. 1999, Frontiers of Finance: Evolution and Efficient Markets, online diakses 9 September 2004 (http://www.e-m-h.org/FaLo99b.pdf) Hadipranoto, Arsip, F., Kohesifitas Kelompok Sebagai Indikator Dasar Kekuatan Koperasi, Badan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1988.Kerlinger, Fred N, (1989), Asas-asas Penelitian Behavioral, Terjemahan : Landung M. Simatupang, edisi ketiga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1990.


Littauer, Florence, (1994), Personality Plus, Terjemahan : Anton Adiwiyoto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.


Maulana, A., Sistem Pengendalian Managemen, Cetakan Pertama, Bina Aksara, Jakarta, 1989.


Naisbitt, John, (1991), Global Paradox, Terjemahan : Budijanto, cetakan Pertama, Binarupa Aksara, Jakarta, 1994.Ohmae, Kenchi, (1991), Dunia Tanpa Batas, Terjemahan : FX. Budiyanto, cetakan pertama, Binarupa Aksara, Jakarta, 1991. Santoso ,Singgih; Tjiptono, Fandy (2002) Riset Pemasaran: Konsep dan Aplikasi dengan SPSS, cetakan kedua, PT Gramedia, Jakarta
Sugiyono (2003), Metode Penelitian Bisnis, cetakan kelima, CV Alfabeta, BandungWee Chow Hou, Lee Khai Sheang, Bambang Walujo Hidayat, (1991) Sun Tzu Perang dan Manajemen, Diterjemahkan : Soesanto Boedidharmo, cetakan Kedua, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992.


Daftar pustaka


Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang benar-benar diacu dalam skripsi dan disusun sebagai berikut :


1. Ke bawah menurut abjad nama utama atau nama keluarga penulis pertama.

2. Ke kanan :
a. Buku : penulis, tahun. Judul buku, jilid, terbitan ke, halaman, nama penerbit dan kota.
b. Majalah : penulis, tahun, judul tulisan, nama majalah (dengan singkatan resminya), julid dan halaman.


DAFTAR PUSTAKA


Assegaff,
1982, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Muis, A.


1999, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama.
Kasman, Suf.


2004, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju


Romli, Asep Syamsul M.
2005, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press
Suhandang, Kustadi.


2004, Penngantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung, Penerbit Nuansa.


Sumadiria, AS Haris.
2005, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media.


Palapah dan Syamsudin.

1994, Diktat “Dasar-dasar Jurnalistik”
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Terapan: Pedoman Kewartawanan dan Kepenulisan, Bandung, Batic Press, 2005, hlm. 01.


Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta, Penerbit Teraju, 2004, hlm. 22-23


AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 02
Ibid hal, hlm. 03.


Op.cit, Suf Kasman, hlm. 23-24.
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 2-3
A. Muis, Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Dharu Annutama. 1999, hlm. 24-25


AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2005, hlm. 02.
Ibid.


Suf Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Qur’an, Jakarta:Penerbit Teraju, 2004, hlm. 23.


Assegaff, Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Ke Praktek Kewartawanan, Jakarta:Ghalia Indonesia, 1982, 9-10.


Suhandang, Kustadi., Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung:Penerbit Nuansa, 2004, hlm. 25-26

 

 

 

 

 

laporan praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

UJI GUGUS FUNGSI

  

 

 

 clip_image0021

           

NAMA        : KHARIS ISNAIN

NO. STAMBUK   : F1C100044

PROG. STUDI                       : KIMIA

JURUSAN                              : KIMIA

KELOMPOK                         : V (LIMA)

ASISTEN PEMBIMBING   : AAT UNHALU, SSI

 

 

 

 

LABORATORIUM UNIT KIMIA

UPT. LABORATORIUM DASAR

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000

KIMIA UNSUR

 

A.     TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1.      Mengamati berbagai reaksi terhadap gugus hidroksil

2.      Mengindentifikasi adanya gugus karbonil dalam senyawa keton dan aldehid

3.      Mengindentifikasi adanya gugus amina dan amida secara fisik dan kimia

 

B.     KAJIAN TEORI

Senyawa organik terutama mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen, oksigen belerang dan atom unsur lainnya. Senyawa induk untuk semua senyawa organik adalah hidrokarbon-alkana (hanya mengandung ikatan tunggal), alkena (mengandung ikatan rangkap karbon-karbon), alkena (mengandung ikatan rangkap tiga karbon-karbon), dan hidrokarbon aromatik (mengandung cincin benzena).

Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang dikenal sebagai hidrokarbon sebab senyawa tersebut tersebut hanya terbuat dari hidrogen dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik tidak mengandung gugus benzena,atau cincin benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik mengandung satu atau lebih cincin benzena.

Semua alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil,       OH. Etil alkohol, atau etanol, sejauh ini adalah yang paling dikenal. Etanol dihasilkan secara biologis melalui fermentasi gula dan pati. Dengan tanpa oksigen, enzim yang ada dalam ragi atau kultur bakteri mengkatalisis reaksi itu

                                    

                                                                 Etanol

 

Proese ini menghasilkan energi, dimana mikroorganisme, pada gilirannya, menggunakan untuk pertumbuhan dan manfaat-manfaat lainnya.

Secara komersial, etanol dibuat melalui reaksi adisi dimana air digabungkan dengan etilena pada sekitar 280oC dan 300 atm:

                                    

Etanol mempunyai penerapan tidak terbilang sebagai pelarut untuk bahan kimia organik dan sebagai senyawa awal untuk pembuatan zat warna, obat-obat sintensis,dan lain-lain. Etanol juga merupakan bagian dari minuman beralkohol. Etanol adalah satu-satunya jenis alkohol rantai lurus yang tidak beracun (lebih tepatnya, paling sedikit beracun); badan kita menghasilkan enzim, yang disebut alkohol dehidrogenase, yang membantu metabolisme etanol dengan mengoksidasinya menjadi asetaldehida:

                       

                                                                             asetaldihida

(Chang, 2004:331-336).

 

             Gugus funsional sebagai ciri utama suatu senyawa organik yang pada dasarnya dapat diketahui secara jelas dengan mengelompokkan molekul-molekul tersebut saling berkaitan sehingga sulit untuk membahas suatu gugus fungsional tanpa menyinggung gugus fungsional yang lainnya. Tetapi secara sederhana dapat dikatakan bahwa gugus fungsional adalah suatu atom-atom, gugus atom dalam suatu senyawa organik yang boleh dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut (Arsyad, 2001:126).

 

               Meskipun ikatan karbon-karbon dan ikatan karbon-hidrogen adalah umum untuk semua senyawa organik, namun yang mengherankan adalah bahwa ikatan-ikatan ini besarnya tidak memegang peranan yang penting dalam senyawa organik, untuk sebagian besar adalah adanya ikatan atom lain dalam suatu struktur organik yang menimbulkan kereaktifan. Kedudukan kereaktifan  kimia dalam molekul disebut gugus fungsi. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami suatu reaksi kimia yang sama. Karena kesamaan dalam kereaktifan diantara senyawa dengan gugus fungsi yang sama maka lebih mudah untuk menggunakan rumus umum untuk deret senyawa ini. Biasanya suatu gugus yang hanya mengandung atom C ditambah atom H, dapat digunakan untuk menyatakan gugus lainnya. Dengan tehnik inilah suatu alkohol dapat dinyatakan sebagai R-OH (Fessenden, 1982:83).

                        

C.     ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.      Alat    :

a.       Tabung reaksi

b.      Gelas ukur 100 mL

c.       Rak tabung

d.      Pipet tetes

e.       Batang pengaduk

f.        Labu semprot

g.       Penangas air

2.      Bahan :

a.       Natrium asetat kristal

b.      Reagen benedict

c.       Reagen biuret

d.      Reagen lukas

e.       Larutan etanol

f.        Larutan HCl

g.       Larutan KOH

h.       Larutan n-butanol

i.         Larutan sec-butanol

j.        Larutan tert-butanol

k.      Larutan gliserol

l.         Larutan Cu asetat

m.     Larutan Tartarat

n.       Larutan Formalin

o.      Larutan Aseton

p.      Larutan Fenol 1%

q.      Larutan Glukosa 1 %

r.        Larutan Resosinol 1 %

s.       aqudest

t.        Urea

u.       Vioform

v.       Casein

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1.      Reaksi terhadap gugus hidroksil

a.       Tes Lucas

Pereaksi Lucas

(1 ml)

 

 

Tabung I

Tabung II

 

 

   dimasukkan

 

Tabung III

 

– ditambahkan 5 ml

   n-butanol

– ditambahkan 5 ml

   sec-butanol

– ditambahkan 5 ml

   ter-butanol

 

 

   dikocok

   diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

Tabung I                  Muncul gelembung, warna, bening, berasap

Tabung II                 Muncul gelembung, bening, berasap

Tabung III               Gelembung banyak, berasap, muncul endapan kapur

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.      Reaksi warna

 

Etanol

(1 ml)

 

 

 

Tabung I

Tabung II

 

   dimasukkan

 

Tabung III

 

 

– ditambahkan 10 tetes KOH dan 10 tetes Cu asets

  

– ditambahkan beberapa tetes gliserol

– ditambahkan beberapa tetes tartarat

 

   dikocok

   diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

Tabung I             biru sangat muda

Tabung II           2 lapisan, biru muda (atas) dan bening/gliser (bawah)

Tabung III          biru sangat muda sekali

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c.       Reaksi Warna Lain

FeCl3

(1 ml)

 

 

 

Tabung I

Tabung II

 

   dimasukkan

 

Tabung III

 

 

– ditambahkan 2 ml

   fenol

– ditambahkan 2 ml

   resolsinol

– ditambahkan 2 ml

   vioform

 

 

   dikocok

   diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

Tabung I           terbentuk lapisan warna biru tua (atas) dan merah tua (bawah)

Tabung II          warna coklat

Tabung III         kuning bening

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Reaksi terhadap gugus Karbonil pada Keton dan Aldehid

 

a.       Reduksi dengan Pereaksi Fehling

Pereaksi Fehling

(5 ml)

 

 

Tabung I

Tabung II

 

 

   dimasukkan

 

Tabung III

 

– ditambahkan 5-10 tetes formalin

 

– ditambahkan 5-10 tetes glukosa

  

– ditambahkan 5-10 tetes aseton

  

 

 

   dikocok

   diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

Tabung I             menjadi warna merah bata

Tabung II            biru sangat muda

Tabung III           2 lapisan, biru (bawah)     dan keruh (atas)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.      Reaksi Adisi dengan Pereaksi Schiff

Pereaksi Schiff

(5 ml)

 

 

Tabung I

Tabung II

 

 

   dimasukkan

 

Tabung III

 

– ditambahkan 5-10 tetes formalin

 

– ditambahkan 5-10 tetes glukosa

  

– ditambahkan 5-10 tetes aseton

  

 

 

   dikocok

   diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

Tabung I              ungu tua

Tabung II             ungu muda

Tabung III            merah keunguuan

 

 

 

 

 

3.      Reaksi pada Gugus Amina dan Amida

a. Casein

Casein

 

 

         Diambil sedikit dengan batang pengaduk

         Dicium baunya

 

 

 

 

Bau anyir

 

 

 

 

 

 

 

 

 

± 1 gram urea

b. Urea

 

   dimasukkan dalam tabung reaksi.

   diletakkan kertas lakmus merah yang telah dibasahi di mulut tabung.

   dipanaskan dan dicatat perubahan yang terjadi.

 

 

 

 

Lakmus merah        lakmus biru

 

 

 

c. reaksi Biuret

 ± 1 gram Urea

Berwarna biru sangat muda

 

 

         Dipanaskan dalam tabung reaksi sampai hamper kering

         Ditambahkan 1 mL + 1 mL KOH dan beberapa tetes larutan CuSO4

         Amati perubahan yang terjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.     HASIL PENGAMATAN

A.  Data Pengamatan

1.      Reaksi terhadap gugus hidroksil

a. Tes lucas

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

n-butanol

Muncul gelembung,warna,bening,berasap

2

Sec-butanol

Muncul gelembung,bening,berasap

3

Tert-butanol

Gelembung banyak,berasap,muncul endapan kapur

 

 

 

 

b. Reaksi warna

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

1 mL Etanol + 10 tetes KOH +  10 tetes Cu Asetat

Biru sangat muda

2

1 mL Gliserol + 10 tetes KOH +  10 tetes Cu Asetat

Bening kental menjadi dua lapisan,biru muda (atas) dan  bening/gliser (bawah)

3

1 mL Tatrat + 10 tetes KOH +  10 tetes Cu Asetat

Biru sangat muda sekali

 

 

 

 

c. Reaksi warna lain

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

1 mL FeCL3 + larutan fenol

Terbentuk dua lapisan, lapisan atas berwarna biru tua dan lapisan bawah berwarna merah tua

2

1 mL FeCL3 + larutan resolsinol

Warna coklat

 

 

3

1 mL FeCL3 + larutan vioform

Warna kuning bening

 

2.      Reaksi terhadap Gugus karbonil pada Keton dan Aldehid

a. Reduksi dengan pereaksi Fehling

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

Fehling + formalin

Warna merah bata

2

Fehling + glukosa

Dari biru muda menjadi sangat muda

3

        Fehling + aseton

Dari biru muda menjadi dua lapisan, lapisan bawah biru,lapisan atas keruh

 

b. Reaksi adisi pada pereaksi Schiff

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

Pereaksi Schiff + 5-10 tetes formalin

Ungu tua

2

Pereaksi Schiff + 5-10 tetes glukosa

Ungu muda

 

3

Pereaksi Schiff + 5-10 tetes aseton

Merah keunguan

3.      Reaksi pada Gugus Amina dan Amida

No

Perlakuan

Hasil Pengamatan

1

casein

Bau anyir

2

Urea + lakmus merah

Berwarna biru

 

3

Urea + H2O + 1 mL KOH + CuSO4

Berwarna biru muda

 

 

 

F.      PEMBAHASAN

Gugus fungsi adalah kelompok gugus khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Gugus tersebut saling berkaitan sehingga sulit untuk membahas suatu gugus fungsional tanpa menyinggung gugus fungsional yang lainnya. Tetapi secara sederhana dapat dikatakan bahwa gugus fungsional adalah gugus suatu atom-atom dalam suatu senyawa organik yang dapat dikatakan paling menentukan sifat zat tersebut atau gugus fungsi adalah  sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul induk. Molekul  berbeda yang mengandung gugus (atau gugus-gugus) fungsi yang sama mengalami reaksi yang serupa. Jadi, dengan mempelajari sifat-sifat-sifat khas beberapa gugus fungsi, kita dapat belajar dan memahami sifat-sifat dari banyak senyawa organik.

Semua senyawa organik merupakan turunan dari golongan senyawa yang dikenal sebagai hidrokarbon sebab senyawa tersebut terbuat hanya dari hidrogen dan karbon. Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dibagi menjadi dua golongan utama, yaitu alifatik dan aromatik. Hidrokarbon alifatik tidak mengandung gugus benzena atau cincin benzena, sedangkan hidrokarbon aromatik mengandung satu atau lebih cincin benzena. 

Dalam percobaan ini, kita menggunakan berbagai senyawa untuk menguji keberadaan suatu gugus dalam senyawa organik tertentu. Uji-uji yang diberikan yaitu reaksi terhadap gugus hidroksil, reaksi terhadap gugus karbonil pada keton dan Aldehid dan Reaksi pada gugus amina dan amida.

Reaksi terhadap gugus hiroksil dilakukan dengan tiga cara yaitu : Reaksi lucas, reaksi warna dan reaksi warna lain untuk mengetahui kecepatan reaksi yang terjadi diantara ketiga alcohol tersebut. Alkohol adalah devirat hidrokarbon yang molekulnya mengandung satu gugus hidroksil (-OH) atau lebih sebagai ganti atom hydrogen. Alkohol, selain methanol, dapat dikelompokkan sebagai primer, sekunder dan tersier, bergantung pada banyaknya atom karbon yang terikat pada atom karbon yang mempunyai gugus –OH. Jika satu karbon yang terikat pada atom karbon ini, maka alcohol itu adalah primer (n-butanol); jika dua karbon, alkohol sekunder (sec-butanol) dan jika terikat tiga karbon, alkohol itu tersier (tert-butanol). Dalam reaksi lucas pada pencampuran n-butanol dihasilkan gelembung gas dengan jumlah yang sedikit dan menghasilkan asap, tetapi warna tetap bening dari hasil ini dapat kita ketahui bahwa n-butanol bereaksi lambat, dan pencampuran dengan sec-butanol hasil warnanya tetap bening dan muncul banyak gelembung serta berasap, ini berarti sec-butanol dengan adanya pereaksi lucas bereaksi lebih cepat dari pada n-butanol, sedangkan tert-butanol terdapat banyak sekali gelembung, muncul endapan kapur serta berasap, yang berarti bereaksi lebih cepat dari n-butanol dan sec-butanol dan dari hasil reaksi-reaksi yang dihasilkan pereaksi lucas + n-butanol  menghasilkan ikatan rantai panjang

                                        

dimana ZnO4 sebagai katalisnya.begitu pula dengan reaksi Sec-butanol menghasilkan ikatan

                                                              Cl

Dengan katalis yang sama yaitu ZnCl2 begitu pula dengan reaksi tert-butanol

                                                   CH3

                                 

                                                   CH3

Dalam, reaksi warna didapatkan pula rantai panjang dimana KOH berlaku sebagai katalisnya. Dan dari hasil reaksi dari tes lucas dan reaksi warna, dapat kita ketahui bahwa reaksi ini merupakan hidrokarbon alifatik karena tidak mengandung cincin benzena.

Dalam reaksi warna lain didapatkan cincin benzena yang berarti reaksi-reaksi ini merupakan hidrokarbon aromatik. Sifat kimia benzena yang paling luar biasa adalah sifatnya yang relatif inert. Walaupun mempunyai rumus empiris yang sama seperti asetilena (CH) mempunyai derajat kejenuhan yang tinggi, benzena jauh kurang reaktif dibandingkan etilena dan asetilena. Kestabilan benzena merupakan akibat delokalikasi elektron.

Pada kondisi oksidasi yang lemah, alcohol mungkin diubah menjadi aldehida dan keton:

 

                                 Formaldehida

                                    H3C

     

                                          H3C

                                        Asetaldehida

                    H                            H3C

                   

                    OH                              H

                                                      aseton

Gugus fungsi dalam senyawa ini adalah gugus karbonil,  C=O. Pada aldehida sedikitnya satu atom hidrogen terikat pada karbon dalam gugus karbonil. Pada keton, atom karbon pada gugus karbonil terikat pada dua gugus hidrokarbon. Perbedaan antara aldehid dan keton adalah keberadaan sebuah atom  hidrogen yang terikat pada ikatan rangkap C=O dalam aldehid, sedangkan pada keton tidak ditemukan hidrogen seperti ini. Keberadaan atom hidrogen tersebut menjadikan aldehid sangat mudah teroksidasi. Atau dengan kata lain, aldehid adalah agen pereduksi yang kuat. Karena keton tidak memiliki atom hidrogen istimewa ini, maka keton sangat sulit dioksidasi. Aldehid dapat dioksidasi dengan mudah menggunakan semua jenis agen pengoksidasi; sedangkan keton tidak.

Untuk pengujian dengan pereaksi Fehling, menggunakan larutan fehling A yang merupakan hasil pelarutan 34,84 g kristal Cu(II) sulfat dalam air yang mengandung beberapa asam sulfat encer. Larutan Fehling mengandung ion tembaga (II) yang dikompleks dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II) dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida. Dari hasil pengamatan ini di dapatkan antara pencampuran fehling + formalin menghasilkan warna merah bata, hal ini menyatakan bahwa didalam pencampuran pereaksi fehling + formalin terdapat aldehid. Hal ini disebabkan karena Aldehid mampu mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari asam karboksilat yang sesuai. Dan pencampuran dengan glukosa menghasilkan biru yang sangat muda, sedangkan pencampuran dengan aseton terdapat dua lapisan yaitu keruh (atas) dan biru (bawah), dari pengamatan glukosa dan aseton dapat kita ketahui bahwa keduanya merupakan gugus keton.

Dalam percobaan reaksi adisi pada pereaksi Schiff untuk memenentukan adanya gugus aldehid. Aldehid akan menghasilkan warna ungu bila direaksikan dengannya, sedangkan gugus keton menunjukkan negative atau berwarna lembayung. Perlu diperhatikan bahwa alkali bebas atau garam alkali dari asam akan menunjukkan warna ungu jika bereaksi dengan pereaksi Schiff. Dari hasil pengamatan di dapatkan, pada pereaksi Schiff yang ditambahkan formalin menghasilkan warna ungu tua, yang berarti di dalam formalin terdapat gugus aldehid, pada pencampuran pereaksi Schiff dan glukosa menghasilkan warna ungu muda, berarti di dalam glukosa juga terdapat gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran pereaksi Schiff dan aseton menghasilkan warna merah keunguan atau lembanyung, hal ini berarti di dalam aseton tidak terdapat gugus aldehid tetapi keton. Pereaksi Schiff ini merupakan hasil pelarutan 2 g natrium meta-bisulfat, 2 mL HCl pekat, dan 0,2 g p-rosanilin hidroklorida dalam 200 mL air.

Dalam percobaan untuk senyawa casein di dapat hasil dengan bau anyir hal ini di sebabkan karena casein merupakan senyawa urine. Umumnya urine organik berbau tidak enak dan dari hal ini dapat diketahui bahwa casein merupakan amina. Dalam pemanasan urea, menggunakan kertas lakmus yang dibasahi dengan air untuk menunujukkan bahwa dalam urea tersebut terdapat senyawa basa. Dalam hal ini, kertas lakmus tersebut berubah warnanya dari merah menjadi biru karena adanya pengaruh senyawa basa tersebut. Yang dapat ditinjau dari teori asam-basa Brønsted Lowry, karena N melepaskan 1 pasang electron kepada H. Hal inilah yang menyebabkan urea bersifat basa dan ini juga menandakan bahwa urea di dalam urea terdapat gugus amina.

Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan juga protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dengan N dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida,mampu memberikan warna biru, tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptide kompleks memberikan warna merah.

 

G.    KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

  1. Untuk mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada gugus hidroksil dilakukan dengan 3 cara yaitu : tes lucas, reaksi warna, dan reaksi warna lain. Dimana tes lucas dan reaksi warna merupakan golongan hidroksil alifatik dan reaksi warna lain merupakan golongan hidroksil aromatik.
  2. Untuk mengindentifikasi gugus karbonil dalam keton dan aldehid dapat dilakukan uji pereaksi fehling dan pereaksi Schiff
  3. Untuk mengindentifikasi adanya gugus amina, dapat dilakukan dengan dilakukan dengan mencium bau senyawa yang mengandung senyawa amina, yang mengeluarkan bau yang khas, contohnya casein berbau khas (anyir), dan dengan pemanasan urea yang diberikan kertas lakmus merah berubah menjadi biru, yang menghasilkan basa. Dimana basa merupakan salah satu dari sifat amina. Serta dengan pencampuran urea, H2O, KOH dan CuSO4 (reaksi biuret).

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arsyad, 2001. Kamus Kimia. Gramedi Pustaka. Jakarta.

Chang, R., 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Fessenden Ralp,J., dan Joan, S.,Fessenden, 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid I.     Erlangga. Jakarta.

 

KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN VIII

UJI PROTEIN

 

 

 

 

 

 

 

 

           

NAMA                                    : KHARIS ISNAIN

NO. STAMBUK                    :F1C100044

PROG. STUDI                       : KIMIA

JURUSAN                              : KIMIA

KELOMPOK                         : V (LIMA)

ASISTEN PEMBIMBING   : AAT

 

 

 

LABORATORIUM UNIT KIMIA

UPT. LABORATORIUM DASAR

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000

 

UJI PROTEIN

 

A.     TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui uji protein dan sama amino

B.     KAJIAN TEORI

Gula sederhana dan zat-zat yang dengan hidrolisis menghasilkan gulas sederhana disebut karbohidrat. Aslinya nama karbohidrat digunakan karena kompoposi kebayanyakan gula, pati, dan selulosa berpadanan dengan hidrat hipotetis dari karbon, Harga x dan y dapat berjangka antara 3 sampai ribuan

Suatu pengelompokkan yang luas dari sejumlah besar karbohidrat, terdiri dari sekitar setengah lusin kelas utama, dengan barangkali 40 subkelas. Pada umumnya, semua karbohidrat disebut sakarida (Yunani, sacbaron, gula). Pembahasan akan dibatasi pada zat berikut: (1) monosakarida, yang tidak dapat dihidrolisis; (2) disakarida, yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida; dan (3) polisakarida, yang membentuk banyak molekul monosakarida dengan hidrolisis.

Diantara monosakarida yang terpenting terdapat molekul yang mengandung enam atom karbon, yang kenal dengan nama heksosa, C6H12O6 Bila suatu heksosa mengandung suatu gugus aldehida, senyawaan itu dikenal sebagai suatu aldoheksosa; jika mengandung suatu gugus keton, disebut ketoheksosa Heksosa adalah zat manis, kristalin dan larut yang terdapat dalam madu dan buah matang karbohidrat yang terhidrolisis dan menghasilkan heksosa adalah gula tebu, gula gandum, gula susu, pati dan selulosa.

Sukrosa (gula tebu), maltosa (gula gandum) dan laktosa (gula susu) merupakan anggota penting dari grup disakarida, C12H22O11. Seperti dinyatakan oleh namanya, tiap molekul gula ini terdiri dari dua satuan monosakarida Dapat dibanyangkan bahwa satuan-satuan ini dihubungkan satu sama lain oleh ikatan-ikatan yang dihasilkan dari eliminasi (pembuangan) sebuah molekul air. Misalnya, sebuah molekul sukrosa tersusun dari sebuah satuan glukosa dan sebuah satuan fruktosa yang digabung, seperti tertenjuk di bawah ini:

 

 

C                 O

C       OH                         C

                 

C                  C                

Terdapat 4 kumpulan utama molekul biologi yang besar, iaitu karbohidrat, lemak, protein dan asid nukleik. Kebanyakan makromolekul adalah polimer, terbina daripada satu unit (monomer) yang banyak. Karbohidrat memainkan peranan sebagai pembekal tenaga (bahanapi) dan juga untuk pembinaan sel-sel organisme. Lipid adalah molekul hidrofobik yang sangat luas ciri-cirinya. Protein pula mempunyai berbagai struktur, lalu menghasilkan kepelbagaian fungsi sementara asid nukleik mempunyai tugas yang tidak berbelah-bagi: menyimpan dan memancarkan maklumat perwarisan.

Fungsi utama karbohidrat, adalah sebagai sumber tenaga untuk sel. Contohnya, 1g karbohidrat berupaya membebaskan 17 kilojoule (kJ) tenaga.

Karbohidrat adalah sebutan umum untuk molekul yang terdiri daripada karbon, hydrogen dan oksigen dengan setaip satu unsur berada pada nisbah 1:2:1. Dengan itu, cara menulis formula untuk karbohidrat ialah (CH2O)n, dimana n ialah bilangan karbon pada rangka molekul tersebut. Daripada formula ini dapat difahami kenapa kumpulan makromolekul ini di panggil ‘karbohidrat’ yang memberi makna karbon dan air.

Karbohidrat merupakan hasil alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena senyawa ini merupakan makanan pokok bagi manusia. Pembentukkan karbohidrat pada alam terjadi dalam tumbuh-tumbuhan yang dikenal dengan istilah fotosintesis. Karbohidrat terbagi atas beberapa golongan yaitu:

·         Monosakarida, yang umumnya mempunyai 5 atom C seperti ribose, araribosa, ksilosa, dan yang mempunyai 6 atom C seperti glukosa, mannose, galaktosa dan fruktosa.

·         Disakarida, yang disusun oleh dua molekul monosakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa.

·         Polisakarida, yang disusun oleh banyak sekali molekul monosakarida seperti amilun dan selulosa

·         Glikosida, yaitu molekul monosakarida yang berikatan dengan molekul bukan gula, molekul bukan gula ini dinamakan aglikon dan umumnya merupakan senyawa aromatic (Respati, 1980:128).

 

 

 

 

C.     ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.      Alat    :

a.       Tabung reaksi

b.      Gelas ukur 100 mL

c.       Rak tabung

d.      Pipet tetes

e.       Labu semprot

f.        Penangas air

g.       Gegep

 

2.      Bahan :

a.       Larutan protein

b.      Larutan millon

c.       Larutan albumin

d.      Larutan dapar

e.       Larutan ninhidrin

 

 

D.    PROSEDUR KERJA

1.      Test millon

3 mL larutan protein

– Ditambahkan 5 tetes reagen millon

– Dipanaskan

Berwarna merah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Test ninhidrin

 

0,1 mL larutan albumin 2 %

Ungu muda

 

 

 

– Ditambahkan 100 mL larutan dapar 0,1 M PH 5

– Ditambahkan 20 tetes larutan ninhidrin 0,1 %

– Dipanaskan

 

 

 

 

 

 

         Ditambahkan 1 mL larutan dapar 0,1 mL

         Ditambahkan 20 tetes larutan ninhidrin

         Dipanaskan

0,1 mL asam amino 2 %

Ungu tua

 

 

 

 

 

                                                                                                                      

E.  HASIL PENGAMATAN

1.      Test Benedict

 

NO

Perlakuan

Sebelum pemanasan

Setelah pemenasan

 

1

3 mL larutan protein + reagen millon

putih keruh

merah

2

0,1 larutan albumin 2 % + 100 mL larutan dapar 0,1 M + 20 tetes larutan ninhidrin

putih keruh

Ungu muda

3

0,1 mL asam amino 2%+ 1 mL larutan dapar 0,1 M + 20 tetes larutan ninhidrin

bening

Ungu tua

 

 

 

           

E.     PEMBAHASAN

Karbohidrat merupakan polihidroksil aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila hidroksil. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan yang memiliki nisbah karbon terhadap hydrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1. Sebagai contoh rumus empiris D-glukosa adalah C6H12O6 atau dapat ditulis sebagai C6(H2O)6. Walaupun karbohidrat yang umum sesuai dengan rumus empiris tersebut namun yang lain tidak memperlihatkan nisbah ini dan beberapa yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur.

 Terdapat tiga golongan utama dari karbohidrat yaitu monosakarida, olgosakarida, dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana terdiri hanya dari satu unit polihidroksi aldehida atau keton.

Oligosakarida 

 

F.      KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Shevla G. 1979. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.

 

Shevla G. 1979. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian II. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.

 

Rivai, Harrizul, 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.

Anonim. 2006. Analisis Instrumen. Makassar.

Anonim. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Unit Kimia. UPT. Laboratorium Dasar. Universitas Haluoleo. Kendari

 

 

laporan kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMA DASAR II

PERCOBAAN VII DAN VIII

UJI KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

 

 

 

 

 

 

 

OLEH :

 

NAMA                                 : KHARIS ISNAIN

 

STAMBUK                          : F1C1 00 044

 

PROG. STUDI                     : KIMIA (MIPA)

 

JURUSAN                            : KIMIA

 

KELOMPOK                       : V

 

 ASISTEN PEMBIMBING : MOH. AAT, SSi

 

UPT. LABORATORIUM PUSAT UNIT KIMIA DASAR

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000

UJI KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

A.  TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

1.   Mengelompokkan karbohidrat dan disakarida

2.   Mengetahui uji spesifik monosakarida dan polisakarida

B. KAJIAN TEORI

Gula sederhana dan zat-zat yang dengan hidrolisis menghasilkan gulas sederhana disebut karbohidrat. Aslinya nama karbohidrat digunakan karena kompoposi kebayanyakan gula, pati, dan selulosa berpadanan dengan hidrat hipotetis dari karbon, Harga x dan y dapat berjangka antara 3 sampai ribuan

Suatu pengelompokkan yang luas dari sejumlah besar karbohidrat, terdiri dari sekitar setengah lusin kelas utama, dengan barangkali 40 subkelas. Pada umumnya, semua karbohidrat disebut sakarida (Yunani, sacbaron, gula). Pembahasan akan dibatasi pada zat berikut: (1) monosakarida, yang tidak dapat dihidrolisis; (2) disakarida, yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida; dan (3) polisakarida, yang membentuk banyak molekul monosakarida dengan hidrolisis.

Diantara monosakarida yang terpenting terdapat molekul yang mengandung enam atom karbon, yang kenal dengan nama heksosa, C6H12O6 Bila suatu heksosa mengandung suatu gugus aldehida, senyawaan itu dikenal sebagai suatu aldoheksosa; jika mengandung suatu gugus keton, disebut ketoheksosa Heksosa adalah zat manis, kristalin dan larut yang terdapat dalam madu dan buah matang karbohidrat yang terhidrolisis dan menghasilkan heksosa adalah gula tebu, gula gandum, gula susu, pati dan selulosa.

Gambar molekul monosakarida adalah sebagai berikut:

Sukrosa (gula tebu), maltosa (gula gandum) dan laktosa (gula susu) merupakan anggota penting dari grup disakarida, C12H22O11. Seperti dinyatakan oleh namanya, tiap molekul gula ini terdiri dari dua satuan monosakarida Dapat dibanyangkan bahwa satuan-satuan ini dihubungkan satu sama lain oleh ikatan-ikatan yang dihasilkan dari eliminasi (pembuangan) sebuah molekul air (Pudjaatmaka, 1992:409-412).

Terdapat 4 kumpulan utama molekul biologi yang besar, iaitu karbohidrat, lemak, protein dan asid nukleik. Kebanyakan makromolekul adalah polimer, terbina daripada satu unit (monomer) yang banyak. Karbohidrat memainkan peranan sebagai pembekal tenaga (bahanapi) dan juga untuk pembinaan sel-sel organisme. Lipid adalah molekul hidrofobik yang sangat luas ciri-cirinya. Protein pula mempunyai berbagai struktur, lalu menghasilkan kepelbagaian fungsi sementara asid nukleik mempunyai tugas yang tidak berbelah-bagi: menyimpan dan memancarkan maklumat perwarisan.

Fungsi utama karbohidrat, adalah sebagai sumber tenaga untuk sel. Contohnya, 1g karbohidrat berupaya membebaskan 17 kilojoule (kJ) tenaga (www.pssplab.com)

Karbohidrat adalah sebutan umum untuk molekul yang terdiri daripada karbon, hydrogen dan oksigen dengan setaip satu unsur berada pada nisbah 1:2:1. Dengan itu, cara menulis formula untuk karbohidrat ialah (CH2O)n, dimana n ialah bilangan karbon pada rangka molekul tersebut. Daripada formula ini dapat difahami kenapa kumpulan makromolekul ini di panggil ‘karbohidrat’ yang memberi makna karbon dan air.

Karbohidrat merupakan hasil alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena senyawa ini merupakan makanan pokok bagi manusia. Pembentukkan karbohidrat pada alam terjadi dalam tumbuh-tumbuhan yang dikenal dengan istilah fotosintesis. Karbohidrat terbagi atas beberapa golongan yaitu:

Monosakarida, yang umumnya mempunyai 5 atom C seperti ribose, araribosa, ksilosa, dan yang mempunyai 6 atom C seperti glukosa, mannose, galaktosa dan fruktosa.

Disakarida, yang disusun oleh dua molekul monosakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltosa.

Polisakarida, yang disusun oleh banyak sekali molekul monosakarida seperti amilun dan selulosa

Glikosida, yaitu molekul monosakarida yang berikatan dengan molekul bukan gula, molekul bukan gula ini dinamakan aglikon dan umumnya merupakan senyawa aromatik.

Protein merupakan polimer dari asam amino dan merupakan sebagian besar dari tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian protein merupakan penyusun tubuh (daging, kulit, rambut, dan lain-lain), sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang menyebabkan reaksi-reaksi tertentu dapat berlangsung baik pada kondisi tubuh. Protein disusun oleh α asam amino dengan melalui ikatan amida yang disebut ikatan peptida (Respati, 1980:128).

C. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.   Alat    :

ü      Tabung reaksi

ü      Gelas ukur 100 mL

ü      Rak tabung

ü      Pipet tetes

ü      Labu semprot

ü      Penangas air

ü      Gegep

 

 

 

 

 

 

 

 

2.   Bahan :

ü      Larutan glukosa

ü      Larutan fruktosa

ü      Larutan maltosa

ü      Larutan sukrosa

ü      Larutan benedict

ü      Larutan Fehling A

ü      Larutan Fehling B

ü      Larutan NaOH 6 N

ü      Larutan HCl 6 N

ü      Larutan protein

ü      Larutan millon

ü      Larutan albumin

ü      Larutan dapar

ü      Larutan ninhidrin

ü      Larutan I2

ü      Aquadest

ü      Pati

 

 

 

 

 

D. PROSEDUR KERJA

a.   Uji Karbohidrat

1.   Test Benedict

Tabung Reaksi

Tabung Reaksi I

Tabung Reaksi II

Tabung Reaksi III

Tabung Reaksi IV

Endapan merah bata

Endapan merah bata

Endapan merah bata

Endapan merah bata

 

– dimasukkan  5 ml 

   larutan Benedict

– ditambahkan 1 ml 

   maltosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– dimasukkan  5 ml 

   larutan Benedict

– ditambahkan 1 ml 

   fruktosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– dimasukkan  5 ml 

   larutan Benedict

– ditambahkan 1 ml 

   sukrosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– dimasukkan  5 ml 

   larutan Benedict

– ditambahkan 1 ml 

   glukosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

 

 

 

 

2.   Test Fehling

Fehling A

Fehling B

 

– dicampur pada volume yang  sama

– dipanaskan sampai  mendidih

– dimasukkan dalam tabung reaksi

 

Tabung Reaksi

Tabung Reaksi I

Tabung Reaksi II

Tabung Reaksi III

Tabung Reaksi IV

Endapan merah bata

Endapan merah bata

Endapan merah bata

Endapan merah bata

 

– ditambahkan 1 ml 

   glukosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– ditambahkan 1 ml 

   glukosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– ditambahkan 1 ml 

   glukosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

– ditambahkan 1 ml 

   glukosa

– ditempatkan pada

   air mendidih

 

 

 

 

 

 

 

3.   Test Iodida

Tabung Reaksi

Tabung Reaksi I

Tabung Reaksi II

Tabung Reaksi III

Larutan berwarna bening

Larutan berwarna bening

 

Larutan berwarna bening

 

– dimasukkan  3 ml 

   larutan Pati 

– ditambahkan 2 tetes air

– dikocok

– dipanaskan, kemudian  

   didinginkan

– dimasukkan  3 ml 

   larutan Pati 

– ditambahkan 2 tetes air

   larutan NaOH 6 N

– dikocok

– dipanaskan, kemudian 

   didinginkan

 

– dimasukkan  3 ml 

   larutan Pati 

– ditambahkan 2 teteslarutan

   HCL 6 N

– dikocok

– dipanaskan, kemudian 

   didinginkan

 

 

 

 

 

b.   Uji Protein

Larutan albumin 2 %

(5 ml)

1.   Tes Million

 

    dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml

    ditambahkan 5 tetes reagen Millon

    dipanaskan

 

 

 

 

                                         Larutan berwarna merah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.      Tes Ninhidrin

2.1.   Dengan Albumin

Larutan albumin 2 %

(0,1 ml)

     dimasukan ke dalam tabung reaksi

     ditambahkan 1 ml larutan buffer asetat pH 5

     ditambahkan 20 tetes larutan Ninhidrin 0,1 %

     dipanaskan

 

 

 

 

 

 

 

                                  

 

                                            Larutan berwarna ungu muda

2.2        Dengan Asam Amino

Larutan Asam Amino

    dimasukan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml

    ditambahkan 5 tetes reagen Millon

    dipanaskan

 

 

 

 

 

                                               Larutan berwarna ungu tua  

 

 

 

 

 

 

 

E.   HASIL PENGAMATAN

a.   Uji karbohidrat          

1.   Test Benedict

NO

Perlakuan

Sebelum pemanasan

Setelah pemenasan

 

1

Larutan benedict 5 mL + 1 mL glukosa

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

2

Larutan benedict 5 mL + 1 mL fruktosa

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

3

Larutan benedict 5 mL + 1 mL sukrosa

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

4

Larutan benedict 5 mL + 1 mL maltosa

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

 

2.   Test Fehling

NO

Perlakuan

Sebelum pemanasan

Setelah pemenasan

 

1

5 mL campuran Fehling A dan B + 1 mL glukosa

Biru tua

Terbentuk endapan merah bata

2

5 mL campuran Fehling A dan B + 1 mL fruktosa

2 lapisan, kuning keemasan (atas) dan biru tua (bawah)

Terbentuk endapan merah bata

3

5 mL campuran Fehling A dan B + 1 mL sukrosa

Biru tua

Terbentuk endapan merah bata

4

5 mL campuran Fehling A dan B + 1 mL maltosa

Biru tua

Terbentuk endapan merah bata

 

 

 

 

 

3.   Test iodida untuk pati

NO

Perlakuan

Sebelum pemanasan

Setelah pemenasan

 

1

3 mL larutan pati + 2 tetes air + 1 tetes larutan I2 0,01 N

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

 

2

3 mL larutan pati + 2 tetes larutan HCl 6 N + 1 tetes larutan I2 0,01 N

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

3

3 mL larutan pati + 2 tetes larutan NaOH 6 N + 1 tetes larutan I2 0,01 N

Biru muda

Terbentuk endapan merah bata

 

 

b.   Uji protein

NO

Perlakuan

Sebelum pemanasan

Setelah pemenasan

 

1

3 mL larutan protein + reagen millon

putih keruh

merah

2

0,1 larutan albumin 2 % + 100 mL larutan dapar 0,1 M + 20 tetes larutan ninhidrin

putih keruh

Ungu muda

3

0,1 mL asam amino 2%+ 1 mL larutan dapar 0,1 M + 20 tetes larutan ninhidrin

bening

Ungu tua

 

 

 

 

 

 

F.      PEMBAHASAN

Karbohidrat merupakan polihidroksil aldehida atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila hidroksil. Nama karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat”, dan yang memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap oksigen sebagai 1:2:1. Sebagai contoh rumus empiris D-glukosa adalah C6H12O6 atau dapat ditulis sebagai C6(H2O)6. Walaupun karbohidrat yang umum sesuai dengan rumus empiris tersebut namun yang lain tidak memperlihatkan nisbah ini dan beberapa yang lain lagi juga mengandung nitrogen, fosfor, atau sulfur.

 Terdapat tiga golongan utama dari karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana terdiri hanya dari satu unit polihidroksi aldehida atau keton.

Oligosakarida merupaka polimer dengan derajat polimerasasi 2 sampai 10 dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekul disebut disakarida, bila tiga molekul disebut triosa, bila sukrosa terdiri dari molekul glukosa dan fruktosa, laktosa terdiri dari molekul glukosa dan galaktosa.  Polisakarida merupakan polimer yang tersusun lebih dari 10 monomer yang dapat berantai lurus atau bercabang dan dapat dihidrolisis dengan enzim-enzim tertentu.

Jenis karbohidrat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain adalah glukosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa. Glukosa merupakan jenis monosakarida yang tidak dapat dihidrolisis. Sedangkan maltosa dan sukrosa merupakan disakarida, dimana maltosa merupakan hasil hidrolisis dari hasil hidrolisis pati, yang apabila 1 mol maltosa dihidrolisis lebih lanjut akan dihasilkan 1 mol α-D-glukosa dan 1 mol β-D-glukosa sedangkan sukrosa apabila dihidrolisis akan menghasilkan 50% α-D-glukosa dan 50% β-D-fruktosa. Fruktosa merupakan molekul yang mengandung gugus hidroksil dan gugus karbonil keton pada C-2 dari rantai enam karbon.

Dalam percobaan ini digunakan test benedict dan test fehling untuk mendeteksi keberadaan gugus aldehid ataupun keton dalam suatu senyawa karbohidrat. Pada test benedict, larutan benedict masing-masing dicampurkan dengan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan maltosa. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan bahwa didalam larutan glukosa dan maltosa terdapat endapan merah bata yang disebabkan oleh larutan benedict yang terdiri dari tembaga sulfat (CuSO4) dan glukosa memiliki gugus aldehid yang terikat pada ujungnya dan maltosa, dimana 1 molekul maltosa sama dengan 2 molekul glukosa sehingga mampu mereduksi karena mempunyai gugus aldehid bebas.  Maka glukosa maupun maltosa mengalami oksidasi dan mampu mereduksi senyawa yaitu melepaskan O2 sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O), yang kita lihat sebagai endapan merah bata. Didalam larutan fruktosa dan sukrosa pun didapatkan endapan merah bata, padahal kedua senyawa ini tidak mengandung gugus aldehid tetapi gugus keton, dimana gugus keton tidak mampu mengoksidasi senyawa hanya mampu meruduksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peralatan yang kurang bersih sehingga larutan yang mengandung gugus aldehid tercampur didalamnya.

Pada test fehling, larutan fehling dicampurkan kedalam larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan maltosa, dan hasil yang didaptkan sama dengan hasil yang didapatkan pada test benedict.

Pada test iodida digunakan untuk mendeteksi adanya pati (suatu polisakarida). Larutan pati + 1 tetes larutan I2 masing-masing dicampurkan ke dalam 2 tetes air, 2 tetes larutan HCl 6 N, dan 2 tetes larutan NaOH 6 N. Pada percobaan larutan pati + 1 tetes larutan I2 + 2 tetes air dan larutan pati + 1 tetes larutan I2 + 2 tetes larutan HCl 6 N , sebelum dipanaskan larutan berwarna biru. Hal ini disebabkan karena pati yang berikatan dengan Iodin. Hal ini disebabkan  karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral mampu mengikat iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, akan menyebabkan spiral merenggang sehingga molekul-molekul iodin akan menguap dalam bentuk gas, sehingga I22+         I dan warna larutan berubah menjadi bening. Pada percobaan  larutan pati + 1 tetes larutan I2 + 2 tetes larutan NaOH 6 N, larutan tetap berwarna bening, sebelum maupun sesudah dipanaskan. Hal ini terjadi karna NaOH tidak mampu meionisasi I22+   I.

Pada percobaan kedua, dilakukan uji protein dengan test millon untuk mendeteksi adanya raksa dan asam amino untuk mendeteksi adanya gugus fenil. Protein adalah bahan organik kompleks yang terdiri daripada satu atau lebih rangkaian subunit asid amino. Sesetengah molekul protein mempunyai beribu-ribu asid amino. Sel-sel hidupan memerlukan protein untuk menjalankan berbagai fungsi. Fungsi protein yang paling penting ialah sebagai enzim, molekul struktur, hormon dan molekul pengangkut oksigen. Selain daripada irtu ia juga adalah bahan utama untuk sintesis antibodi dan protein plasma darah.

Protein adalah polimer asid amino. Ia mempunyai unsur C, H, O dan N. Semua asid amino mempunyai struktur asas yang sama, iaitu karbon utama yang mempunyai ikatan kepada 4 jenis kumpulan berfungsi. Kumpulan-kumpulan tersebut ialah (i) kumpulan amino (-NH2), (ii) kumpulan karboksil (- COOH), (iii) satu hidrogen dan (iv) satu kumpulan variable, diwakili dengan ‘R’. Struktur dan fungsi protein adalah ditentukan oleh kelainan pada kumpulan R ini. Adapun ciri-ciri dari molekul protein adalah berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan, sehingga merupakan suatu makromolekul. Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino. Terdapat ikatan kimia lain, yang menyebabkan terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein.  Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor : PH, radiasi, temperatur, medium pelarut orgenik dan detergen. Dan umumnya reaktif dan sangat spesifik.

Pada percobaan pertama kita melakukan test pada peraksi millon dan protein yang melibatkan penambahan senyawa Hg (mercuri) ke dalam protein sehingga pada penambahan logam ini akan menghasilkan endapan putih dari senyawa merkuri. Untuk protein yang mengandung triosin atau triptofan, penambahan perekasi millon akan memberikan warna merah.  

Pada percobaan kedua yaitu tets ninhidrin dilakukan test ninhidrin, test ini akan berwarna biru atau ungu apabila didalamnya terdapat senyawa protein , khususnya gugus fenil. Dalam percobaan pertama kita kakan menggunakan albumin sebagai senyawa protein. Albumin merupakan senyawa protein yang terdapat di dalam putih telur. Dari hasil pengamatan di dapatkan bahwa sebelum pemanasan larutan berwarna putih keruh dan sesudah pemanasan berwarna ungu muda. Hal ini menandakan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat gugus fenil. Pada percobaan kedua digunakan asam amino dimana asam amino merupakan senyawaan dengan molekul yang mengandung baik gugus fungsional amino (-NH2) maupun karboksil (-CO2H). Meskipun ratusan sintesis ini telah disintesis, hanya 20 yang telah diperoleh dengan hidrolisis protein. Dari hasil percobaan ini juga setelah dipanaskan larutan berwarna ungu tua. Hal ini juga menandakan adanya gugus fenil. 

G. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

a.       Kelompok monosakarida adalah glukosa dan fruktosa dan kelompok disakarida adalah sukrosa dan maltosa.

b.      Uji spesifik monosakarida dilakukan dengan test benedict dan test fehling, karbohidrat menandakan test positif apabila terbentuk endapan merah bata. Uji spesifik pada polisakarida dilakukan dengan test iodida yang menghasilkan warna biru dan apabila dipanaskan akan menjadi bening yang disebabkan karena adanya pelepasan I2.

c.       Uji protein dan asam amino dilakukan dengan test millon dan test ninihidrin. Test millon akan terjadi tereksitasi sehingga larutan dari warna bening menjadi merah. Pada test asam amino dilakukan untuk mendeteksi adanya gugus fenil. 

H.  SARAN

Diharapkan dalam melakukan praktikum agar bahan yang disediakan sebagai bahan praktikum diperiksa apakah masih layak digunakan atau tidak.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pssplab.com/journal/03.pdf. Karbohirat. 2008. diakses tanggal  

Pudjaatmaka, H.,A., 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Respati, 1980. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru. Jakarta.

 

kimia

RESPON PERCOBAAN V

KIMIA UNSUR

 

 

 

  1. a. Apa yang dimaksud nyala oksidasi dan reduksi?

b. Apa yang dimaksud dengan unsure dan senyawa?

  1. Apa pengertian senyawa kompleks?
  2. Konfigurasi electron:

·        20Ca    =

·        20Ca2+  =

  1. Reaksi reduksi KmnO4 dalam suasana asam?

 

 

Jawaban

 

1.      a. Nyala api oksidasi adalah nyala api akibat adanya reaksi oksidasi dimana suatu unsure melepaskan elektron sehingga bilangan oksidasinya meningkat.Nyala api reduksi adalah nyala api akibat adanya reaksi reduksi dimana suatu unsur mengalami peristiwa penangkapan elektron sehingga bilangan oksidasinya menurun.

b. Unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi zat-zat yang lebih sederhana dengan cara kimia.Senyawa adalah suatu zat yang tersusun atas atom-atom dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia dengan perbandingan yang tetap.

2.      Senyawa kompleks adalah senyawa yang merupakan hubungan antara suatu atom pusat dengan ligan-ligannya, dimana ligan-ligan ini dapat menyumbangkan sepasang atau lebih elektron pada atom pusat yang menyediakan pasangan elektron bebas.

3.      Konfigurasi electron:

·        20Ca   =  1S2 2S2 2P6 3S2 3P6 4S2

·        20Ca2+=  1S2 2S2 2P6 3S2 3P6

4.      Mn04  +  4H+ + 5e                   MnO2   +  2H2O                

 

 

Uji nyala api adalah uji yang dilakukan untuk melihat perbedaan warna pada yang ditimbulkan oleh setiap unsur melalui pembakaran dengan nyala api Bunsen

 

2. – nyala api oksidasi ada nyala api yang timbul ketika suatu unsure mengalami oksidasi

   – NYALA api reduksi ad nyala api yang timbul ketika suatu unsure mengalami reduksi

Karena setiap akan memiliki nomor atom yang berbeda-beda yang mengakibatkan adanya perbedaan jumlah electron tersebut memnentuka spectrum yang dimiliki  oleh setiap atom sehingga spectrum garis bersifat khas untuk setiap atom.

 

 

laporan praktikum

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN VIII

REAKSI REDOKS

 

 

 

 

 

 

 

           

NAMA                  :  KHARIS ISNAIN

NO. STAMBUK  : F1CI 00 044

PROG. STUDI     : KIMIA

JURUSAN            : KIMIA

KELOMPOK       : V (LIMA)

ASISTEN             : AAT ISNAIN

 

 

LABORATORIUM UNIT KIMIA

UPT. LABORATORIUM DASAR

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000


REAKSI REDOKS

 

A.     TUJUAN PERCOBAAN

Setelah mengikuti percobaan ini diharapkan dapat mempelajari beberapa reaksi redoks.

B.     KAJIAN TEORI

Reaksi kimia adalah suatu reaksi antara senyawa kimia atau unsur kimia yang melibatkan perubahan struktur dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan pembentukan dan pemutusan ikatan kimia. Dalam suatu reaksi kimia terjadi proses ikatan kimia, di mana atom zat mula-mula (edukte) bereaksi menghasilkan hasil (produk). Berlangsungnya proses ini dapat memerlukan energi (reaksi endotermal) atau melepaskan energi (reaksi eksotermal).

Ciri – ciri reaksi kimia :

– Terbentuknya endapan

– Terbentuknya gas

– Terjadinya perubahan warna

– Terjadinya perubahan suhu atau temperatur

(www.wikipedia.com)

Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur  dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 1995).

Dalam sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikeolmpokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum didefinisikan oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron. Dengan melihat contoh-contoh reaksi dari reaksi redoks , dapat ditarik kesimpulan umum dan dapatlah didefinisikan okdidasi dan reduksi dengan cara berikut. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi oksidasi ini sangat umum, karena itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, leleham maupun gas (Shevla,1979).

Partikel (unsur, ion, atau senyawa) yang dapat mengokdidasi partkel lain disebut pengoksidasi, tetapi ia sendiri tereduksi. Sebaliknya partikel yang mereduksi partikel lain disebut pereduksi, tetapi ia sendiri teroksidasi. Reaksi redoks dapat terjadi bila suatu pengoksidasi bercampur dengan zat lain yang dapat teroksidasi, atau perediksi bercampur dengan zat yang dapat tereduksi. Dari perubahan masing-masing dapat ditetukan pereaksi dengan hasil reaksi beserta koefisiennya masing-masing (Syukri,1999).

Redoks adalah reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi adalah reaksi kimia yang ditandai kenaikan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi kimia yang ditandai penurunan bilangan bilangan oksidasi. Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar. Jika kedua atom diberikan maka atom yang keelektronegatifannya lebih kecil lebih positif sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi negatif (Dogra, 1998).

Perubahan penting yang terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi paling mudah terlihat dengan cara memisahkan reaksi reaksi keseluruhan ke dalam dua setengah reaksi. Dalam setengah-reaksi oksidasi atom-atom tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi, dan elektron tampak pada sebelah kanan persamaan setengah-reaksi. Dalam setengah reaksi reduksi, bilangan oksidasi dari atom-atom tertentu menurun, dan elektron pada sebelah kiri dari persamaan reaksi. Dalam suatu persamaan oksidasi reduksi keselurahan, jumlah elektron yang sama harus tampak dalam masing-masing persamaan setengah reaksi. Ketentuan ini merupakan dasar dari persamaan keseimbangan oksidasi-reduksi (Petrucci, 1985).


C.     ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.      Alat :

·        Tabung Reaksi

·        Rak tabung

·        Pipet tetes

·        Gelas kimia

·        Gelas ukur

·        Pemanas

·        Thermometer

2.      Bahan :

·        Logam Al

·        Logam Fe

·        Pb(NO3)2

·        Zn(NO3)2

·        PbNO3

·        H2O2 1 M,  0,1 M

·        MnO2 padat

·        H2SO4 encer

·        H2SO4 pekat

·        FeCl3

·        KI 0,1 M

·        KMnO4 1 M,  0,1 M,  0,01 M

·        NaOH  2 M

·        NaOH padat

·        MnSO4 1 M

·        Larutan Kanji 1%

·        Aquades


D.    PROSEDUR KERJA

1.      Beberapa reaksi redoks

a.             Logam Aluminium (Al), Tembaga (Cu), dan Besi (Fe)

Logam Al

Logam Cu

Logam Fe

 

 

Al + Pb(NO3)2                    bereaksi   

Al + Zn(NO3)2                     bereaksi

Al + NaNO3                        tidak bereaksi       

Cu + Pb(NO3)2                   tidak bereaksi

Cu + Zn(NO3)2                   tidak bereaksi

Cu + NaNO3                       tidak bereaksi

Fe + Pb(NO3)2                    bereaksi

Fe + Zn(NO3)2                    tidak bereaksi

Fe + NaNO3                        tidak bereaksi

   Masing-masing di masukkan ke dalam larutan Pb(NO3)2, Zn(NO3)2, dan NaNO3.

   Disusun menurut kereaktifannya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.            Reaksi disproporsionasi

 

10 tetes H2O2 0,1 M

               Ditambahkan sedikit MnO2

               Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

H2O2   +  MnO2                  bereaksi           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

c.             Reaksi H2O2 0,1 M

   Ditambahkan 5 tetes H2SO4 1M

   Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M

   Ditambahkan 1 tetes kanji

   Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

5 tetes H2O2 0,1 M

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

H2O2  +  H2SO4                                                           Bening – kuning

 

H2O2  +  H2SO4  +  KI                                                 Kuning – kuning pekat             

H2O2  +  H2SO4  +  KI  +  larutan kanji             Kuning pekat–biru lembayung

 

 

                                                                                   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

d.            Reaksi FeCl3  0,1 M  +  KI 0,1 M dalam suasana asam

 

 

5 tetes FeCl3  0,1 M

 

               Ditambahkan 10 tetes H2SO4 1 M

               Ditambahkan 10 tetes KI 0,1 M

               Dipanaskan

               Ditambahkan 1 tetes kanji

               Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

FeCl3  +  H2SO4                           Kuning – kuning pekat         

FeCl3  +  H2SO4  +  KI                Kuning pekat – biru lembayung

 

 

                                                                                                                       

 

 

 

 

2.   Mangan (VI)

 

5 mL KMnO4 0,01 M

KMnO4  + H2SO4                                tidak bereaksi

KMnO4  + H2SO4 encer                       tidak bereaksi

KMnO4  +  MnO padat                      bereaksi

 

 

 

 

 

   Dimasukkan kedalam 4 tabung reaksi masing-masing

   Didalam tb 1 dimasukkan 5 mL H2SO4 encer, tb 2 dimasukkan 5 mL NaOH encer, tb 3 dimasukkan sedikit MnO2 padat, dan tb IV sebagai control

   Dikocok setiap tb

    Diamati

    Dicatat setiap perubahan yang terjadi

 

 

 

 

3.  Mangan (III)

a.   Reaksi Larutan  Mn(II)  +  NaOH 2 M

2 mL larutan MnSO4 1M

               Dimasukkan 2 mL larutan NaOH 2 M

               Dicatat perubahan yang terjadi

               Dijelaskan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mangan (II) + NaOH              bereaksi

 

 

 

 

b.      Reaksi MnSO4  +  H2SO4 encer  +  H2SO4 pekat

 

1 mL larutan MnSO4 1M

               Dimasukkan 2 mL larutan H2SO4 encer

               Dimasukkan 5 tetes larutan H2SO4 pekat

               Didinginkan

               Ditambahkan 5 tetes KMnO4 1 M

               Diamati perubahan warna

               Ditambahkan 25 mL air

               Diaduk dan dijelaskan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


2.      Mangan (IV)

5 tetes KMnO4 0,1 M

         Ditambahkan 2 butir NaOH padat

         Dicatat perubahan yang terjadi

         Dijelaskan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.     HASIL PENGAMATAN

1.Beberapa reaksi redoks

 

No

Pereaksi

Hasil Pengamatan

 

Keterangan

 

1.

Al + Pb(NO3)2   

Ada gelembung gas

Terjadi reaksi.

2.

Al + Zn(NO3)2   

 

Ada gelembung gas

Terjadi reaksi

3.

 

Al + NaNO3      

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

4.

 

Cu + Pb(NO3)2  

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

5.

Cu + Zn(NO3)2  

 

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

6.

Cu + NaNO3     

 

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

 

7.

Fe + Pb(NO3)2  

Larutan keruh

 

Terjadi reaksi

 

 

 

 

 

8.

Fe + Zn(NO3)2  

 

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

 

 

 

9.

Fe + NaNO3     

 

Tetap

Tidak terjadi reaksi

 

10.

 

H2O2   +  MnO2

Ada oksigen dan air

Terjadi reaksi

 

 

 

11.

 

H2O2  +  H2SO4

 

H2O2  +  H2SO4  +  KI   

 

H2O2  +  H2SO4  +  KI  +  larutan kanji

Bening – kuning

 

Kuning – kuning pekat

 

 

Kuning pekat–biru lembayung

Terjadi reaksi

 

Terjadi reaksi

 

 

Terjadi reaksi

12.

 

FeCl3  +  H2SO4

 

FeCl3  +  H2SO4  +  KI 

Kuning – kuning pekat

 

Kuning pekat – biru lembayung

Terjadi reaksi

 

Terjadi reaksi

 


2.Mangan (VI)

 

No

Pereaksi

 

Hasil Pengamatan

Keterangan

1.

KMnO4  + H2SO4

 

Tetap

Terjadi tidak bereaksi

2.

KMnO4  + H2SO4 encer

 

Tetap

Terjadi tidak bereaksi

3.

 

KMnO4  +  MnO padat

 

Ungu – hijau

Terjadi reaksi

 

3.Mangan (III)

 

No

Pereaksi

Hasil pengamatan

Keterangan

1.

Mangan (II) + NaOH

Endapan putih

 (Adanya mangan (IV))

Terjadi reaksi

2.

MnSO4 + H2SO4 encer

Tetap

Tidak terjadi reaksi

3.

MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat

Tetap

Tidak terjadi reaksi

4.

MnSO4 + H2SO4 encer + H2SO4 pekat + KMnO4

Putih – coklat

Terjadi reaksi

 

 

 

 

 

4.Mangan (IV)

 

No

Pereaksi

Hasil pengamatan

Keterangan

1.

KMnO4  +  NaOH padat

Ungu – biru lembayung (adanya Mangan (IV))

Terjadi reaksi

 

Reaksi yang terjadi :

1.  Beberapa reaksi redoks

a.             Reaksi beberapa logam

         – Logam Almunium (Al)

 

Al  (s)                                                    Al3+(s) +   3e     x 2  oksidasi

Pb2+(s)  +2e                                           Pb (s)                x 3  reduksi

                 

      2Al (s) + 3 Pb2+ (s)                                 2 Al3+  (s)+ 3 Pb (s)

      2Al (s) + 3 Pb(NO3)2 (aq)                        2 Al(NO3)2 (aq)  + 3 Pb (s)

 

 

Al  (s)                                                    Al3+(s) +   3e     x 2  oksidasi

Zn2+(s)  +2e                               Zn (s)                 x 3  reduksi

                 

      2Al (s) + 3 Zn2+ (s)                                  2 Al3+  (s)+ 3 Zn (s)

      2Al (s) + 3 Zn(NO3)2 (aq)                        2 Al(NO3)2 (aq)  + 3 Zn (s)

 

 

        Al (s) +  NaNO3 (aq)                               

 

 

    Logam Tembaga (Cu)

 

        Cu + Pb(NO3)2 (aq                                                

 

        Cu + Zn(NO3)2 (aq                                

      Cu + NaNO3 (aq)                                  

         

         Logam Besi (Fe)

 

Fe  (s)                                                    Fe l3+(s) +   3e     x 2  oksidasi

Pb2+(s)  +2e                                           Pb (s)                x 3  reduksi

                 

      2 Fe (s) + 3 Pb2+ (s)                                2 Fe 3+  (s)+ 3 Pb (s)

      2 Fe (s) + 3 Pb(NO3)2 (aq)                       2 Fe(NO3)2 (aq)  + 3 Pb (s)

 

        2 Fe (s) + 3 Zn(NO3)2 (aq)

 

      2 Fe (s) + NaNO3 (aq)        

 

b.            Reaksi disproporsionasi

 

 

            H2O2                                                    O2  +  2H+   +  2e     oksidasi

           

      H2O2  +  2H+  +  2e                             2H2O                        reduksi 

     

      2H2O2                                                  O2  +  2H2O

      2H2O2                                MnO2         O2  +  2H2O

 

c.   H2O2    +  2H+   +  2e                          2H2O                         reduksi

                                         

                                    2I                          I2 + 2e                       oksidasi

 

 

H2O2  +        2I   +  2H+                       2H2O + I2  

 

H2O2  + 2KI + H2SO4                                 2H2O2 + I2  +  K2SO4 

 

d.   Fe3+  +  e                                             Fe2+                         (Reduksi)

                           2 I                               I2  + 2 e                  (Oksidasi)

             

      2Fe3+ + 2 I                                          2Fe3+  +  I2

      2 FeCl3 2 KI  +  2 KI         asam         2 FeCl2  +  I2  +  2 KCl

 

 

 

2.      Mangan (VI)

MnO4   +  4 H+  +  3 e                                        MnO2  +  2 HO

4MnO4 +  4 OH                                                 MnO4   + O2 +  2 HO

MnO4   +  MnO2                                                                       

MnO2      +  4 H+  + 2e                                          Mn+2 + 2 HO

MnO2      +  4 OH  + O2                                                 2MnO42-   +  2 HO

 

 

3.      Mangan (III)

 

 Mn+2 + 4 OH  + O2                                                     MnO42-   +  2 HO

 3Mn+2 + 2MnO4   +  2 HO                                             5MnO2      +  4 H+ 

       

4   Mangan (IV)

KMnO4  +  NaOH padat

MnO4   +   2 H2O  +  3 e                        MnO2(s)     +  4 OH

 

F.      PEMBAHASAN

Reaksi yang disertai dengan pertukaran elektron disebut reaksi oksidasi reduksi atau lebih pendek disebut reaksi redoks. Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur  dari reaksi kimia. . Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron diberikan kepada atom yang lain yang keelektronegatifannya lebih besar. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.

Pada percobaan ini, dipelajari beberapa reksi redoks, yakni reaksi dari beberapa logam. Pada pengamatan yang pertama pencampuran antara larutan Pb(NO3)2 dengan logam Al terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna coklat dimana yang tereduksi adalah Pb dan yang teroksidasi adalah Logam Al. Selanjutanya pencampuran antara larutan Zn(NO3)2 dengan logam Al terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Zn, yang tereduksi adalah Zn dan yang teroksidasi adalah logam Al. Serta reaksi antara pencampuran larutan Pb(NO3)2 dengan logam Fe terjadi reaksi dengan terbentuknya endapan logam Pb yang berwarna coklat yang bertibdak sebagai oksidator adalah Zn dan yang bertindak sebagai reduktor adalah logam Fe. Namun pada pengamatan kali ini, ada beberapa pencampuran yang tidak menghasilkan reaksi redoks yakni reaksi antara NaNO3 dengan logam Al dan logam Fe serta pencampuran antara Zn(NO3)2 dengan logam Fe. Hal ini disebabkan karena sifat dari beberapa logam pada deret volta. Semakin ke kanan maka logam tersebut makin mudah tereduksi, semakin ke kiri logam tersebut semakin sulit untuk tereduksi dengan kata lain lebih mudah untuk melakukan oksidasi. Serta suatu logam hanya dapat mereduksi logam yang terdapat di sebelah kanannya dalam deret volta hal ini dilihat dari potensial oksidasi  dan reduksinya.

Pada pengamatan yang kedua, dipelajari reaksi disproporsionasi,yakni reaksi dimana zat yang bereksi mengalami oksidasi sekaligus reduksi dalam hal ini H2O2. Meskipun sering dikutip sebagai zat pengoksidasi kuat, hidrogen peroksida dapat bertindak baik sebagai zat pengoksidasi maupun zat reduksi. Kerja oksidasinya pada proses dua-elektron, yang mengakibatkan terbentuknya air (H2O). Sebagai pereduksi, hidrogen peroksida melepaskan 2 elektron dan terbentuk gas oksigen (O2). Peranannya dalam reaksi redoks bergantung pada kuat pengoksid ataupun pereduksi dari pasangan reaksinya, dan juga pH larutan. Pada reaksi berikutnya yakni reaksi antara KI dan FeCl3. ion iodida mereduksi sejumlah zat, sementara ion ini sendiri dioksidasi menjadi iod (I2). Bilangan oksidasi iod berubah dari –1 menjadi 0. dalam hal ini yang tereduksi adalah Fe3+ menjadi Fe2+, besi mengalami perubahan bilangan oksidasi dari +3 menjadi +2.

Pada pengamatan selanjutnya, yakni mempelajari beberapa bilangan oksidasi dari mangan (Mn). Ada enam bilangan oksidasi dari Mangan, MnO, Mn2O3, MnO2, Mn2O7, dan Mn3O4. Lima dari oksidasi ini, mempunyai keadaan oksidasi masing-masing +2, +3, +4, +6, dan +7. sedang yang terakhir, Mn3O4, merupakan mangan (II)-mangan (III) oksida, (MnO.Mn2O3). Dalam pengamatan kali ini, yang dipelajari adalah mangan (III), mangan (IV) dan mangan (VI). Untuk mempelajari bilangan oksidasi dari mangan (IV) digunakan larutan KMnO4 dengan penambahan beberapa pereaksi, yang pertama penambahan H2SO4 encer, tidak terbentuk mangan (IV), tetapi terbentuk Mn2+, ion permanganat direduksi menurut proses lima elektron, bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 menjadi +2. Dengan penambahan NaOH pekat, permanganat dapat tereduksi menjadi menjadi manganat (MnO42-) dalam suatu proses satu elektron. Bilangan oksidasi mangan dalam manganat adalah +6. Ion MnO42- menunjukkan suatu warna hijau khas. Selanjutnya untuk mempelajari reaksi redoks dari mangan (III) digunakan larutan Mn(II) yang ditambahkan dengan NaOH dan H2SO4 encer  serta penambahan H2SO4 pekat..Untuk mempelajari reaksi redoks mangan (IV) digunakan larutan KMnO4 dengan penambahan NaOH padat.

G.    KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi redoks akan terjadi oksidasi dan reduksi dan pertukaran elektron dari zat-zat yang bereaksi. Reaksi yang melibatkan hanya satu zat dimana zat tersebut (H2O2) akan mengalami oksidasi serta reduksi disebut reaksi disproporsionasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Sedangkan reduksi sebaliknya adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anonim. 2007. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Univeritas Haluoleo. Kendari.

Dogra.1998. Kimia Fisiska. Universitas Indonesia. Jakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia. Diakses tanggal 5 Desember 2007.

Petrucci, Ralph H.  1985. Kimia Dasar  Prinsip Terapan Modern Jilid 1 Edisi Keempat.  Erlangga. Jakarta.

Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta.

Shevla G. 1979. Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. jilid II. ITB. Bandung.

 

 

 

 

. 

 

 

aat praktikum

REAKSI ASAM-BASA

A.     Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini yaitu :

1.      Menentukan titik akhir titrasi

2.      Menentukan titik equivalent titrasi

B.     Landasan Teori

Reaksi kimia yang melibatkan pemindahan dari satu molekul ke bentuk molekul lainnya disebut sebagai reaksi Oksidasi – reduksi atau reaksi redoks. Molekul pemberi molekul disebut sebagai zat yang mengalami oksidasd atau reduktor. Sedangkan senyawa yang senantiasa menerima electron disebut sebagai zat yang mengalami reduksi atau oksidator(Lehningger, 1982:151-152).

Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) sering kali dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna, lebih sering daripada yang diamati dalam reaksi asam basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran electron, dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsure dalam suatu reaksi kimia.

Dalam reaksi redoks, suatu zat mengalami oksidasi (kehilangan elektron). Zat yang mengalami oksidasi memberikan electron pada zat yang menerima electron atau mengalami reduksi.

Suatu zat pereduksi (reduktor) adalah suatu zat kimia yang memberikan electron untuk mereduksi zat lain. Suatu zat pengosikdasi (oksidator) adalah suatu zat kimia yang menyebabkan teroksidasinya zat lain. Pengoksidasi yang umumnya digunakan dalam laboratorium adalah ion permangat (MnO4). Setengah reaksi untuk oksidasi dalam larutannya adalah sebagai berikut:

Reaksi:    MnO4              +            8H+         +       5e    ­­                                        Mn2+  +  4H2O

(Anonim, 2005:7).

Perubahan yang penting terjadi dalam suatu reaksi reduksi-oksidasi dapat dengan mudah terlihat melalui cara pemisahan reaksi keseluruhan ke dalam dua reaksi. Yakni setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi. Dalam setengah reaksi oksidasi, atom-atom tertentu mengalami peningkatan bilangan oksidasi dan electron tampak pada sebelah kanan persamaan setengah reaksi. Sedangkan sebaliknya, dalam reaksi setengah reduksi, atom-atom lainnya menglami penurunan bilangan oksidasi sehingga electron akan tampak pada sebelah kiri persamaan setengah reaksi.

Dalam suatu persamaan oksidasi-reduksi, keseluruhan dari jumlah atom electron yang sama harus tampak pada masing-masing persamaan setengah reaksi. Ktentuan ini merupakan dasar dari persamaan keseimbangan bilangan oksidasi-reduksi (Petrucci, 1987:35).

C.     Alat dan Bahan

1.Alat

o       Labu Takar 100 mL

o       Gelas Kimia 250 ml

o       Buret 50 mL

o       Pipet volume 25 mL

o       Labu Erlenmeyer 250 mL

o       Batang Pengaduk

o       Statif dan Klem

2. Bahan:

o  Asam Oksalat (COOH)2,2H2O

o  Aquadest

o  NaOH X M

o  HCL X M

o  Indikator P.P

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D. Prosedur Kerja

1. Reaksi redoks

a. Reaksi Redoks Logam Al

– Dimasukkan ke dalam Pb(NO3)2 0,5 M, Zn(NO3)2 0,5 M dan NaNO3 0,5 M

Sekeping logam Al

Sekeping Logam Cu

Sekeping Logam Fe

– Dimasukkan ke dalam Pb(NO3)2 0,5 M, Zn(NO3)2 0,5 M dan NaNO3 0,5 M

  Dimasukkan ke dalam Pb(NO3)2 0,5 M, Zn(NO3)2 0,5 M dan NaNO3 0,5 M

Persamaan reaksi

 – Catat hasil percobaan

 – Disusun logam menurut     berkurangnya kereaktifannya

 

b. Reaksi disproporsionasi

10 tetes H2O2 0,1 M

– Ditambahkan sedikit MnO2

Oksigen dan air

 

 

 

 

 

 

 

 

c.

 

 

 

2.      Penentuan Konsentrasi sLarutan NaOH dengan Bahan Baku Asam Oksalat

20 mL  Asam Oksalat

         Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL

         Ditambahkan 4 tetes indicator P.P

         Di titrasi dengan larutan baku NaOH

         Diamati perubahan warna (titik akhir titrasi)

         Di lihat volume NaOH yang digunakan pada buret

         Di hitung konsentrasi NaOH

[NaOH] =

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi NaOH

25 mL HCl larutan HCl X M

         Dimasukkan ke dalam      Erlenmeyer 250 mL

         Ditambahkan 2 tetes indicator P.P

         Dititrasi dengan menggunakan larutan baku NaOH

         Diamati perubahan warna

         Dilihat volume NaOH yang digunakan

         Dihitung konsentrasi HCl

[HCl] =

 

 

 

E.     Hasil Pengamatan

 

1.      Penentuan Konsentrasi larutan Asam Oksalat


 

 

2.      Penentuan Konsentrasi sLarutan NaOH dengan Bahan Baku Asam Oksalat

3.      Penentuan Konsentrasi HCl dengan Titrasi NaOH

 

 

F. Perhitungan

G. Pembahasan

Titmetri atau volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu (peniter/titrant/larutan baku) yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Pelaksanaan pengukuran volume ini disebut titrasi/peniteran. Peniteran yaitu larutan peniter diteteskan sedikit demi sedikit ke dalam larutan contoh sampai tercapai titik akhir.

Reaksi dasar dalam reaksi asam-basa adalah netralisasi/penetralan yaitu reaksi asam dan basa yang dapat dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut:

Zat-zat anorganik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan  penting yaitu asam, basa, dan garam.

Asam secara sederhana didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Beberapa asam dan hasil disosiasinya adalah sebagai berikut:

Sebenarnya, ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari air, dan terbentuk ion-ion hironium:       

Basa, secara paling sederhana dapat didefinisikan sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan pembentukan ion-ion hidroksil sebagai satu-satunya ion negatif. Hidroksida-hidroksida logam yang larut, seperti natrium hidroksida hampir sempurna berdiosiasi dalam larutan air yang encer :

Karena itu basa ini adalah basa kuat. Basa kuat merupakan elektrolit kuat, sedang basa lemah merupakan elektrolit lemah.

Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Proses-proses semacam ini disebut reaksi netralisasi. Definisi adalah benar, dalam artian, bahwa jika sejumlah asam dan basa murni yang ekuivalen dicampur, dan larutannya diuapkan, suatu zat kristalin tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri khas suatu asam atau basa.Jika persamaan dinyatakan sebagai interaksi molekul-molekul,

 

Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebernarnya tidak tepat. Karena baik asam (kuat) maupun basa (kuat), serta pula garam hampir sempurna berdiosiasi dalam larutan,

Sedangkan dalam air, yang terbentuk dalam proses ini, hampir-hampir tak berdiosiasi sama sekali. Karena itu, lebih tepat untuk menyatakan reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia:

Dalam persamaan ini , ion  dan  tampil pada kedua sisi. Karena dengan demikian tak ada terjadi apa-apa dengan ion-ion ini, persamaan ini disederhanakan menjadi        

Yang menunjukkan bahwa reaksi asam – basa (dalam larutan-air) adalah pembentukkan air.

Dibandingkan dengan zat elektrolit lain, asam dan basa merupakan larutan elektrolit yang paling penting. Khususnya dalam larutan dengan pelarut air, asam dan basa sering membentuk sistem keseimbangan yang penting.

Berbagai teori telah dikemukakan dalam menerangkan sifat asam dan basa. Diantara teori tersebut adalah yang dikemukakan oleh Arhenius. Arhenius mendefinisikan asam sebagai senyawa yang apabila dilarutkan dalam air akan membebaskan ion  hidrogen (H+). Sedangkan basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan ion hidroksida (OH). Jadi reaksi netralisasi dari reaksi asam dan basa mampu membentuk garam dan air.

Hasil pengukuran panas netralisasi asam kuat dan basa kuat mendukung teori Arhenius. Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam reaksi netralisasi yang ikut bereaksi adalah ion H+ dan OH.

Tetapi kelemahan teori Arhenius adalah bahwa teori ini hanya berbatas pada larutan dengan pelarut air. Selain itu ada pula senyawa-senyawa tertentu yang bereaksi sebagai asam dan basa namun didalamnya tidak ada ion OH yang terlihat. Karena itu jelas bahwa teori Arhenius masih perlu untuk dikembangkan agar dapat menjelaskan kenyataan tersebut. Pada tahun 1992-1923 J.N Brønsted dan M. Lowry mendefinisikan asam dan basa untuk memperbenar teori dari Arhenius. Teori Brønsted menjelaskan asam sebagai senyawa yang dapat memberikan proton.

Dalam melakukan titrasi, sangat diperlukan suatu bahan indikator yang mampu merubah warnanya sesuai dengan PH sekitar.  Indikator adalah suatu zat, yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi ion-hidrogen. Ia umumnya merupakan suatu asam atau basa organik lemah yang dipakai dalam larutan yang encer. Asam atau basa indikator yang tak terdiosiasi mempunyai warna yang berbeda dengan hasil diosiasinya. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah dan mempunyai warna berbeda dari basa konjuatnya. Pheniftalin berubah warnanya dari tak berwarna menjadi merah muda saat berada dalam lingkungan basa.

Dalam percobaan ini dilakukan dua percobaan yaitu menentukan konsentrasi NaOH dengan larutan standar dan penentuan konsentrasi HCl dengan titrasi NaOH. Dalam percobaan pertama 20 mL (COOH)2  0,5 N diteteskan 4 tetes indikator P.P    

 

H. Simpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

F.      Saran

Saran praktikan adalah dalam melakukan praktikum diharapkan kesiapan peralatannya terutama bahan agar tidak menghambat jalannya praktikum.

 

 

 

 


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN II

REAKSI ASAM – BASA

 

 

 

 

OLEH :

 

 

NAMA                                       : RATNA SARI

STAMBUK                               : F1C107044

PROG.STUDI                           : KIMIA

JURUSAN                                 : KIMIA

KELOMPOK                : V

ASISTEN PEMBIMBING     : HARDIN

 

 

 

 

 

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2008

 

DAFTAR PUSTAKA

Brown, 1994. Chemistry the Central Science. Prentice Hall. International Limited. London.

 

Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Svela, G., 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Media Pusaka. Jakarta.

 

Underwood,1981. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Terjemahan R. Soendoro.Erlangga.Jakarta

.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAPORAN 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

PERCOBAAN VIIII

REAKSI PENYABUNAN

 

 

 

 

 

 

 

 

           

NAMA                                    : KHARIS ISNAIN

NO. STAMBUK                    : F1C1 00 031

PROG. STUDI                       : KIMIA

JURUSAN                              : KIMIA

KELOMPOK                         : III (TIGA)

ASISTEN PEMBIMBING   : ARI SARTINAH

 

 

 

LABORATORIUM UNIT KIMIA

UPT. LABORATORIUM DASAR

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2000

REAKSI PENYABUNAN

 

A.     Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini yaitu dapat mengetahui cara pembuatan sabun skala laboratorium.

B.     Landasan Teori

Lemak atau minyak nabati atau hewani adalah contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau minyak dapat dihidrolisa oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang sehari-hari kita kenal sebagai sabun. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan (safonifikasi) (Anonim, 2008).

Ester dapat dibuat dengan cara mereaksikan asam karboksilat dengan alcohol yang dapat dikatalisir oleh asam-asam mineral, misalnya asam sulfat atau asam klorida. Reaksi yang terjadi merupakan suatu keseimbangan. Apabila digunakan asam dan alcohol dalam jumlah yang sama, pada keadaan yang seimbang akan diperoleh 67% ester. Hasil ini ditingkatkan dengan menggunakan pereaksi berlebihan atau dengan mengeluarkan air dari campuran. Lemak atau minyak nabati adalah contoh gliserol dan lemak, yang sehari-hari disebut sebagai sabun. Reaksi yang berlangsung disebut sebagai reaksi penyabunan (Anonim, 2003:30).

Lemak netral tergolong senyawa-senyawa majemuk dan ikatannya menyerupai ester. Asamnya terdiri atas asam-asam monokarboksilat yang tidak bercabang, yaitu asam lemak sedangkan komponen alkoholnya gliserin merupakan suatu alkohol. Banyaknya asam karboksilat yang diikatkan pada gliserin menghasilkan mono dan trigiserida. Asam-asam itu dapat sama maupun berlainan. Lemak yang terdapat di alam umumnya tergolong trigliserida yang asamnya campuran,karena itu mengisolasi triglesirida murni merupakan pekerjaan yang sangat pelik.Melalui hidrolisis senyawa ester dapat diuraikan lagi menjadi komponen-komponen semula.yang paling mudah jika di campur dengan basa(NaOH atau KOH),maka terjadilah garam-garam alkali yang disebut sabun(kurnia Kuswijaya,1993:90).

Pembuatan sabun merupakan salah satu proses kimia yang paling tua.Apabila gliserida akan dihasilkan garam dari asam karboksilat dan gliserol.Sabun digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan campuran dari asam-asam lemak yang rantainya panjang.sabun dapat dibuat dengan beberapa cara,sebagai contoh dalam pembuatan sabun ditambahkan zat pewarna dan juga pewangi.Sabun sering juga ditambahkan dengan alkohol agar sabun yang dibuat dapat tampak transparan.Jika busa yang digunakan adalah kalium hidroksida,maka sabun yang digunakan disebut sebagai sabun lunak.Bila sabun natrium direaksikan dengan asam mineral akan diperoleh campuran dari asam-asam karbiksilat bebas.Dengan cara destilasi refraksi asam-asam karboksilat,maka campuran tersebut dapat dipisahkan yang kemurniannya berkisar 90% (Matsjeh,1996 ; 43).   

 

C.     Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.      Alat    :


a.       Tabung reaksi

b.      Gelas ukur

c.       Rak tabung

d.      Pipet tetes

e.       Labu semprot

f.        Penangas air

g.       Kain Penyaring

h.       Pemanas


i.          

2.      Bahan :


a.       HCl Encer

b.      Minyak

c.       Etanol 95%

d.      Larutan NaOH 25%

e.       Air panas

f.        NaCL Jenuh

g.       Larutan CaCO3


D.    Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu :

 

 

Contoh Lemak/Minyak

(10 g)

         Ditimbang

         Ditambahkan 10 mL Etanol 95%

         Ditambahkan 10 mL larutan NaOH 25%

         Dipanaskan selama 30 menit sambil diaduk

         Didiamkan

         Ditambahkan larutan NaCl jenuh

         Didinginkan

         disaring

Sabun

         Ditimbang 1 gram sabun

         Dimasukkan kedalam tabung reaksi

         Dilarutkan dengan 10 mL air panas

         Diaduk sampai homogen

         Dibagi dua larutan sabun tersebut ke dalam tabung I dan tabung II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabung I

Tabung II

                                                                              

         Ditambahkan 5 mL HCl encer

         dipanaskan

         Ditambahkan 5 mL HCl encer

         dipanaskan

 

 

 

                                                                                              

 

 

Tabung I               Berwarna Bening

Tabung II              Berwarna Keruh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.     Hasil Pengamatan

Berat Minyak = 10 gram

Berat Teori     = 10,2816 gram

Berat Sabun    = 14,5 gram

Remenden      =   Berat Sabun Secara Praktek      x   100%

                              Berat Sabun Secara Teori

                       =       14,5 gram      x   100%

                            10,2816 gram

                       =   141,02863 %            

 

Perlakuan

Pengamatan

1 g Sabun + 5 mL HCl encer            dipanaskan

1 g Sabun + 5 mL CaCO3                 dipanaskan

Berwarna Bening

Berwarna Keruh

 

Perhitungan :

Ø      Reaksi Penyabunan

                O

                 

H2C   O   C   (CH2)16   CH3                                                                           H2C    OH

                O                                                                                 O

 

H2C   O   C   (CH2)16   CH3   +  3NaOH             3CH(CH2)16    C   ONa +  H2C    OH

                O

 

H2C   O   C   (CH2)16   CH3                                                                           H2C    OH

 

 

MINYAK                                                      SABUN                      GLISEROL

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dik : Massa minyak            =  10 gram, Mr minyak  =  890 gram/mol

         V NaOH 25%             =  10 mL,    Mr sabun    =  306 gram/mol

         Massa NaOH 25 %     =       25 gram NaOH     =  2,5 gram NaOH

         Massa NaOH              =  10 mL NaOH   x  2,5 gram NaOH

                                                100 mL NaOH

         Mol NaOH                 =      2,5 gram       =  0,0625 mol

                                                  40 gram/mol

         Mol minyak                =  gram/Mr  = 10 gram minyak 

                                                                     890 gram/mol

                                             =  0,0112 mol minyak

         Mol sabun                   =    3 mol sabun      x   0,0112 mol minyak

                                                  1 mol minyak

                                            =  0,0336 mol sabun

ü      Maka massa sabun secara teoritis adalah :

         Massa sabun              = mol sabun x Mr

                                           = 0,0336 mol sabun x 306 gram/mol

                                           = 10,2816 gram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F.      Pembahasan

 

Sabun merupakan salah satu produk  yang diperoleh dari hasil reaksi minyak.Reaksi pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH atau KOH) denagn menggunakan minyak.Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi(penyabunan).Pembuatan sabun merupakan salah satu hasil dari sintesis kimia yang paling tua.Bila glesirida lemak dihidrolisis maka akan menghasilkan garam dari asm karboksilat dan gliserol.

Pada hasil percobaan dan pengamatan di atas,di mana 10 gram minyak yang di tambahkan etanol 95%denagan 10 ml larutan NaHO 25% menghasilkan larutan yang berwarna putih susu.Hal ini berarti bahwa,minyak,etanol,dan NaHO mengalami reaksi safonifikasi (reaksi penyabunan).Setelah di tambahkan NaCL 80 ml (berupa NaCL jenuh) perubahan yang terjadi adalah adanya gumpalan-gumpalan yang melarur dan terjadi busa.Penambahan NaCL ini berguna untuk memisahkan sabun dari gliserolnya,sehingga akan membentuk larutan yang berupa larutan koloid.Bila larutan ini di saring dengan menggunakan kain blacu maka gliserol dan alkohol akan berada di dalam larutan NaCL sedangkan sabunnya akan mengendap.

Hasil dari pembuatan sabun secara teoris,lemak dapat langsung direaksikan dengan NaOH. Namun hal itu dapat saja terbalik secara prakteknya. Lemak merupakan senyawa organik dengan sifat nonpolar, sementara NaOH adalah senyawa anorganik dengan sifat polar. Senyawa dengan sifat polar dan nonpolar tidakl akan saling bercampur, sehingga dalam reaksinya antara NaOH dengan lemak diperlukan suatu medium pereaksi untuk reaksi penyabunan tersebut. Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu etanol.

Etanol adalah alkohol dengan dua atom C. Etanol merupakan senyawa organik yang bersifat semipolar yaitu senyawa yang dapat bersifat polar karena mengandung gugus OH dan bersifat nonpolar yaitu CH3+. Dengan pelarut inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan lemak dalam reaksi penyabunan.

Sabun yang diperoleh dari hasil reaksi antara Na dan K dengan asam lemak tinggi, pada umumnya mudah larut dalam air panas, sehingga hasil dari kelarutan ini memberikan larutan koloid akan berwarna putih. Hal ini akan menyebabkan sabun yang telah ditambahkan dengan air panas akan terjadi perubahan warna yaitu bereubah menjadi putih dan terdapat busa gelembung-gelembung air, namun sifat kelarutan ini akan berkurang apabila dalam air terdapat adanya ion-ion logam yang mampu menghasilkan reaksi substitusi. Swabun yang sudah ditambahakan dengan air panas dan larutan HCl, sebalum larutan ini dipanaskan warnanya berwarna putih dan tidak keruh serta tidak terdapat busa. Sedangkan bial dipanaskan maka akan mengalami perubahan warna yaitu dari warna putih menjadi warna putih keruh dan akan terdapat busa pada lapisan atasnya (gelembung). Sedangkan pada sabun yang ditambahkan dengan menggunakan air panas dan larutan CaCO3, sebelum dilakukan pemanasan warnanya putih dan tidak terjadi kekeruhan pada larutan tersebut serta tidak terlihat adanya endapan pada larutan. Sedangkan bila larutan ini dipanaskan maka warnanya tetap menjadi putih tetapi terdapat endapan dan busa atau terdapatnya gelembung-gelembung pada larutan sabun

 

G.    Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut :

1.      Reaksi penyabunan merupakan reaksi dari minyak yang dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH atau KOH) dengan minyak, yang biasa disebut dengan reaksi safonifikasi (penyabunan).

2.      Penambahan larutan NaCl dalam larutan atau reaksi penyabunan yaitu berfungsi untu memisahkan antara sabun dengan gliserolnya.

3.      Etanol merupakan senyawa organic yang bersifat semipolar dan mempunayi dua atom C.

4.      Untuk mempercepat laju reaksi maka dilakukan pemanasan.

                 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Anonim. 2003. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Laboratorium Unit Kimia. UPT. Laboratorium Dasar. Universitas Haluoleo. Kendari

 

Anonim, 2008. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. UPT. Laboratorium Kimia

Dasar. Kendari.

 

Kusnawijaya, 1993. Biokimia. Exact Ganeca. Bandung.

 

Matsjeh, 1996. Kimia Organik II. UGM. Yogyakarta.